Lazi
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung
Pendidikan merupakan suatu pengajaran atau pembelajaran baik mulai dari tahapan sekolah dasar sampai menempuh perguruan tinggi. Yang memiliki peran sangat penting dalam pembangunan atau perkembangan bangsa. Karena apabila Pendidikan disuatu bangsa itu baik maka dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Mausia (SDM) nya sehingga kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan bahwa pengertian dari Pendidikan yaitu: Suatu tuntutan di dalam hidup tubuhnya anak-anak, adapun maksudnya, Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota dengan maksud menyokong kemajuan hidupnya.
Pendidikan di Indonesia pada saat ini bisa kita bilang masih banyak memiliki kekurangan baik secara sarana ataupun prasarana yang ada terutama di wilayah-wilayah pelosok, salah satunya adalah di wilayah Bangka Belitung. Masalah tersebut disebabkan oleh ekonomi dan demografis. Dimana dari masalah-masalah ini bisa mengakibatkan masalah baru yaitu tingginya angka putus sekolah. Oleh sebab itu perlu solusi untuk mengatasi masalah yang ada. Dan sebelum memberi solusi untuk permasalahan tersebut kita harus tau faktor-faktor apa yang menyebabkan meningkatnya angka putus sekolah. Putus sekolah bukan merupakan sekedar angka, persoalan yang klasik tentang putus sekolah ini terus membayangi dunia Pendidikan di Indonesia dan ini terjadi juga di Bangka Belitung.
Berdasarkan hasil pengolahan raw data dari SUSENAS Kor Maret tahun 2021, jumlah sampel anak usia 7-18 tahun dalam penelitian ini sebanyak 3158 anak dengan persentase anak putus sekolah sebesar 7,7 persen (243 anak), sedangkan persentase anak tidak putus sekolah atau masih bersekolah sebesar 92,3 persen (2915 anak). Dari 7,7 persen anak yang putus sekolah, persentase putus sekolah ini terjadi pada jenjang Pendidikan sekolah dasar (SD) yakni sebesar 18,5 persen (45 anak) lalu diikuti oleh jenjang sekolah menengah pertama (SMP) yakni sebesar 36,6 persen (89 anak) dan yang tertinggi pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) yakni sebesar 44,9 persen (109 anak). Dari data tersebut menunjukan bahwa angka putus sekolah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2021 semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang Pendidikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah adalah kurangnya minat dalam bersekolah, lebih memilih bekerja tambang timah, kurangnya dukungan dari orang tua, masalah ekonomi, dan masalah pergaulan atau lingkungan sekitar rumah. Dari hasil analisis faktor yang menunjukan paling dominan mempengaruhi anak putus sekolah di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) adalah kurangnya kesadaran orang tua atau kurangnya perhatian orang tua, sedangkan untuk tingkat sekolah menengah atas (SMA) adalah anak yang kurang berminat dalam kemauan untuk sekolah. Fakto-faktor ini sangat jelas dan terbukti dari data yang ada bahwa kabupaten-kabupaten yang ada di Bangka Belitung memiliki angka putus sekolah yang tinggi sehingga pemerintah harus menyelsaikan permasalah ini agar Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Bangka Belitung ini merupakan SDM yang berkualitas. Kualitas SDM dapat diukur dari indeks pembangunan manusia (IPM) yang dibentuk dari 3 sektor yaitu Kesehatan, Pendidikan, dan ekonomi. Apabila disuatu daerah kualitas SDM nya rendah maka akan berdampak pada rendahnya kualitas Pendidikan di suatu daerah tersebut dan kualitas Pendidikan yang rendah nantinya akan berpengaruh pada pola pikir anak sehingga terus menerus akan berpikir bahwa Pendidikan itu tidak lah penting.
Adapun faktor kedua yaitu lemahnya ekonomi masyarakat daerah pedesaan sehingga sangat berpengaruh pada tingkat anak yang putus sekolah sebab keterbatasan ekonomi atau rendahnya penghasilan orang tua mengakibatkan anak tidak bisa melanjutkan Pendidikan sehingga anak-anak lebih memilih untuk bekerja sebelum waktunya. Apalagi siswa SMA di Bangka Belitung setelah lulus sekolah lebih banyak memilih untuk bekerja, selain itu biaya sekolah yang kadang mahal membuat orang tua kurang mampu atau tidak bisa melanjukan ke jenjang perguruan tinggi. Tidak jarang anak-anak yang lulus sekolah SMA karena tidak bisa melanjutkan ke Pendidikan selanjutnya mereka memilih untuk menikah setelah lulus sekolah tersebut.
Faktor ketiga yakni para anak-anak di Kepulauan Bangka Belitung lebih memilih untuk ikut orang tua nya bekerja di tambang timah atau cari timah dibandingkan mereka harus melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya. Karena mereka pikir dengan bekerja di tambang timah mereka sudah bisa berpenghasilan dan penghasilan tersebut tidak lah main-main bisa saja lebih besar penghasilan bekerja di tambang timah di bandingkan penghasilan atau gaji orang-orang yang bekerja di perkantoran. Sehingga mereka tidak lagi memikirkan untuk melanjutkan pendidikan tersebut karena mereka pikir tidak sekolah saja sudah bisa mempunyai penghasilan yang lebih besar dari pada orang yang bekerja di perkantoran.
Faktor empat yaitu kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya Pendidikan anak, sehingga berakibatkan banyak anak yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena kurangnya dukungan dari orang tuanya. Akibatnya anak merasa tidak bersemangat untuk sekolah karena dari orang tua nya saja sudah tidak memberi semangat terlebih dahulu. Rendahnya kesadaran orang tua ini bisa saja disebabkan dari lingkungan sekitar tempat mereka tinggal yang mana mereka beranggapan bahwa sekolah itu tidak penting dan pemikiran seperti itu sudah menjadi budaya masyarakat yang ada di Bangka Belitung. Dan faktor yang terakhir yaitu belum meratanya sekolah-sekolah yang ada di Kepulauan Bangka Belitung, sehingga para anak-anak yang bersekolah harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk pergi sekolah. Bangka Belitung juga sangat minim sekali untuk kendaraan umum agar para anak-anak bisa sekolah dengan mudah, tanpa harus terkendala jarak bagi anak yang tidak memiliki kendaraa pribadi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwasannya kualitas Pendidikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih sangat rendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain, hal ini dikarenakan faktor-faktor penyebab seperti lemahnya ekonomi, belum meratanya sekolah-sekolah di Bangka Belitung, kurangnya sarana dan prasarana yang ada, kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan, lebih memilih untuk bekerja, lulus sekolah SMA memilih untuk menikah. Sehingga menimbulkan berbagai masalah seperti lemahnya SDM yang ada di Bangka Belitung, tingginya angka putus sekolah, serta pendidikan tidak dianggap sebagai hal yang penting dan pemikiran seperti itu sudah membudaya dikalangan masyarakat Bangka Belitung. Adapun solusinya yang dapat diberikan pada permasalahan tersebut yaitu kita sebagai masyarakat Bangka Belitung harus mampu merubah sistem sosial, karena itu sangat berkaitan erat dengan sistem pendidikan.