Opini

    Kurangnya Lapangan Kerja untuk Lulusan Baru di Bangka Belitung

    ×

    Kurangnya Lapangan Kerja untuk Lulusan Baru di Bangka Belitung

    Sebarkan artikel ini
    {"remix_data":[],"remix_entry_point":"challenges","source_tags":["local"],"origin":"unknown","total_draw_time":0,"total_draw_actions":0,"layers_used":0,"brushes_used":0,"photos_added":0,"total_editor_actions":{},"tools_used":{"transform":1},"is_sticker":false,"edited_since_last_sticker_save":true,"containsFTESticker":false}

    Siska Anjelita

    Mahasiswa prodi Manajeman, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bangka Belitung

     

    Sebagai mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Bangka Belitung, saya menyaksikan langsung tantangan besar yang dihadapi oleh lulusan baru dalam mencari pekerjaan. Meskipun pembangunan infrastruktur terus berkembang, kenyataannya lapangan kerja yang tersedia belum mampu menyerap jumlah lulusan yang semakin meningkat setiap tahunnya.

    Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan bahwa pada Februari 2025, tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencapai 4,17%, mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2025 tercatat sebanyak 796.206 orang, namun jumlah penduduk yang bekerja hanya 762.982 orang, menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan dalam penyerapan tenaga kerja.

    Salah satu faktor penyebab utama adalah ketergantungan ekonomi daerah pada sektor pertambangan, khususnya timah yang cenderung padat modal dan tidak mampu menyerap banyak tenaga kerja terdidik. Sementara itu, sektor-sektor lain seperti industri kreatif, teknologi, dan pariwisata belum berkembang secara optimal untuk menyerap lulusan baru.

    Selain itu, akses terhadap pelatihan kewirausahaan dan inkubasi bisnis juga masih terbatas. Meskipun beberapa program pelatihan telah dilaksanakan, seperti yang dilakukan oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang pada tahun 2025 melaksanakan pelatihan untuk 128 peserta, jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan. Banyak lulusan baru yang memiliki potensi dan ide inovatif, namun terkendala oleh kurangnya dukungan dalam hal pendampingan usaha, permodalan, dan akses pasar.

    Jika kondisi ini tidak segera ditangani, dikhawatirkan akan terjadi brain drain, di mana lulusan terbaik memilih untuk mencari peluang di luar daerah, meninggalkan Bangka Belitung dengan potensi yang belum tergarap maksimal.

    Baca Juga:  Tabungan, Giro dan Deposito Syariah, manakah yang lebih menguntungkan?

    Harapan dan Solusi:

    1. Diversifikasi Ekonomi: Pemerintah daerah perlu mendorong pengembangan sektor-sektor ekonomi baru yang berbasis pada potensi lokal, seperti pariwisata berkelanjutan, perikanan, dan ekonomi digital, untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas bagi lulusan baru.

    2. Peningkatan Kerjasama antara Dunia Pendidikan dan Industri: Perluasan program magang dan kerjasama antara perguruan tinggi dengan industri lokal untuk memastikan lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

    3. Penguatan Program Kewirausahaan: Memperluas akses pelatihan kewirausahaan, pendampingan usaha, dan akses permodalan bagi lulusan baru untuk mendorong lahirnya wirausaha muda yang dapat menciptakan lapangan kerja baru.

    4. Peningkatan Infrastruktur dan Akses Pasar: Memperbaiki infrastruktur yang mendukung pertumbuhan sektor-sektor baru dan mempermudah akses pasar bagi produk lokal untuk meningkatkan daya saing ekonomi daerah.

    Sebagai mahasiswa, kami berharap agar pemerintah daerah dan seluruh pihak terkait dapat bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif, sehingga lulusan baru dapat berkontribusi secara maksimal bagi pembangunan Bangka Belitung.

    Ikuti berita INTRIK.ID di Google News

      Home
      Hot
      Redaksi
      Cari
      Ke Atas