Keuangan

    Bangka Belitung Urutan Ketujuh Inflasi Terendah

    ×

    Bangka Belitung Urutan Ketujuh Inflasi Terendah

    Sebarkan artikel ini

    INTRIK.ID, BABEL — Bangka Belitung mengalami deflasi sebesar 0,10 persen (mtm). Hal itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juni 2025. Padahal balan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,89 persen.

    Sementara secara nasional justru mengalami inflasi 0,19 persen.

    Terjadinya deflasi bulanan Bangka Belitung disebabkan oleh penurunan indeks harga kelompok Pendidikan sebesar 12,58 persen (mtm) terutama disumbang oleh tarif Sekolah Menengah Atas (SMA). Tekanan deflasi yang lebih dalam tertahan oleh peningkatan indeks harga kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,74% (mtm), meskipun terdapat beberapa komoditas pangan seperti cabai merah dan sawi hijau yang mengalami penurunan harga.

    Secara tahunan Bangka Belitung mengalami inflasi sebesar 0,99 persen meningkat dibandingkan dengan bulan Mei yang mengalami inflasi sebesar 0,79 persen. Meskipun begitu, nilai itu lebih rendah dibandingkan nasional yakni 1,87 persen dan menjadikan Bangka Belitung sebagai provinsi dengan inflasi terendah ke-tujuh secara nasional.

    Inflasi tahunan Bangka Belitung utamanya disebabkan oleh peningkatan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau (1,78 persen) yakni sigeret kretek mesin dan minyak goreng. Selain itu, turut didorong oleh peningkatan harga kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (5,24 persen) yakni emas perhiasan. Namun demikian, tekanan inflasi yang lebih dalam tertahan oleh penurunan indeks harga pada kelompok pendidikan sebesar 9,78 persen.

    Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy, menjelaskan bahwa deflasi bulanan utamanya bersumber dari tarif SMA yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menghentikan pungutan Iuran Penyelenggaraan Pendidikan (IPP) terhitung sejak 1 Mei 2025.

    “Langkah kebijakan ini diambil sebagai bentuk kepedulian pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, komoditas cabai merah dan sawi hijau juga turut menyumbang deflasi akibat melimpahnya stok komoditas tersebut di Bangka Belitung seiring dengan periode panen di daerah sentra,” ungkapnya.

    Baca Juga:  Survei Bank Indonesia, Masyarakat Yakin Ekonomi Bangka Belitung Tetap Kuat

    Kabupaten Belitung Timur tercatat mengalami inflasi tertinggi yakni sebesar 0,38 persen (mtm), diikuti oleh Kabupaten Belitung dan Kota Pangkalpinang yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,09 persen (mtm) dan 0,02 persen (mtm). Sementara itu, Kabupaten Bangka Barat merupakan satu-satunya wilayah di Bangka Belitung yang tercatat mengalami deflasi, yakni sebesar 0,75 persen (mtm). Secara tahunan, seluruh wilayah di Bangka Belitung mengalami inflasi.

    Lebih lanjut, Rommy menambahkan Bank Indonesia terus bersinergi dengan TPID dan mitra strategis lainnya dalam menjaga inflasi pada rentang yang rendah dan stabil.

    “Hal ini sebagai bentuk dukungan Bank Indonesia dan TPID terhadap tiga langkah strategis pengendalian inflasi yaitu menjaga inflasi tahun 2025, menjaga inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) dan memperkuat koordinasi pusat dan daerah dengan penyusunan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025-2027,” ujarnya.

    Dalam rangka mendukung keterjangkauan harga bahan pokok, sejak bulan Januari s.d Juni 2025 telah dilaksanakan 31 sidak pasar di seluruh wilayah di Bangka Belitung baik yang dipimpin langsung oleh Kepala Daerah maupun oleh perwakilan instansi terkait. Sidak ini dilakukan untuk memberikan kepastian kepada masyarakat agar tidak khawatir terhadap potensi kenaikan harga bahan pokok. Selain itu, Bank Indonesia juga turut mendukung penyelenggaraan Operasi Pasar (OP) dan Gerakan Pasar Murah (GPM) yang diorkestrasi oleh Pemerintah Provinsi. Di sisi lain, Bank Indonesia juga terus melakukan pemantauan perkembangan harga secara harian melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dapat dimanfaatkan dalam memonitor perkembangan harga pangan secara realtime.

    “Hingga akhir bulan Juni 2025, telah dilaksanakan kegiatan operasi pasar sebanyak 75 kali di seluruh wilayah di Bangka Belitung, baik yang diorkestrasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, inisiatif dari masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota maupun kegiatan operasi pasar yang merupakan arahan dari Badan Pangan Nasional yang berlokasi di Kantor PT Pos Indonesia di Bangka Belitung,” terang Rommy.

    Baca Juga:  Kolaborasi dengan Kampung Inggris Babel, Bank Indonesia Selenggarakan Capacity Building

    Selain itu, GPM juga telah dilaksanakan setidaknya sebanyak 18 kali di seluruh wilayah di Bangka Belitung, baik yang diorkestrasi oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung maupun inisiatif dari masing-masing Pemerintah Daerah. Bank Indonesia juga turut memfasilitasi penyelenggaraan GPM tersebut.

    Bank Indonesia juga memfasilitasi pengiriman daging sapi beku sebanyak 17,5 ton dari Jakarta ke Belitung Timur sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Koperasi Pengendali Inflasi Daerah dan Perum Bulog Kantor Cabang Belitung.

    Rommy menyampaikan ke depan masih terdapat tantangan bagi TPID dalam menjaga inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada rentang yang rendah dan stabil. Melalui kolaborasi yang kuat antar anggota TPID bersama seluruh masyarakat diharapkan inflasi tetap terjaga dalam sasaran nasional dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang inklusif dan berkelanjutan.(*)

    Ikuti berita INTRIK.ID di Google News

      Home
      Hot
      Redaksi
      Cari
      Ke Atas