Scroll untuk baca artikel
Bangka Tengah

Pemantun Asal Kurau Dulu Dibayar Rp 15 Juta, Kini?

258
×

Pemantun Asal Kurau Dulu Dibayar Rp 15 Juta, Kini?

Sebarkan artikel ini
IMG 20220827 WA0024 1
Foto: Pemantun asal Kurau Timur, Mario. (Istilah)

INTRIK.ID, BANGKA TENGAH – Pelantun pantun atau pemantun asal Desa Kurau Timur, Mario merasa sudah tidak diperhatikan oleh pemerintah.

Pria 45 tahun itu mengaku pernah mendapatkan Rp 15 juta hanya dari pantun.

“Saya emang profesi dari dulu pantun. Bahkan saya pernah dibayar 15 juta waktu saya ngisi acara di Malaka Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI). Tapi ya ada juga yang cuma bayar pakai makan kuaci alias makuaci,” ucap Kario.

Ia mengatakan mulai mengenal pantun sejak usia 9 tahun dari orang-orang tua dulu.

“Itu (pantun-red) saya dapat dari orang tua-orang tua dulu upah mijit kaki, nyabut uban dan lainnya. Upahnya pantun,” ucap Kario.

Diketahui, Kario sendiri pernah memenangkan perlombaan pantun se-Asia Tenggara, bahkan pernah memecahkan rekor MURI dengan siaran berpantun selama 24 jam di Radio.

Ia mengatakan, pemantun di Bangka Belitung sekarang hanya berjumalah 30 orang saja yang tergabung dalam sebuah komunitas yang dibentuk pada tahun 2010.

“Jadi kami sekarang tergabung dalam Komunitas Pemantun Rumpun Melayu Bangka Belitung. Komunitas pantun sudah didirikan dari 2010. Kami mendirikan komunitas ini untuk melestarikan budaya melayu,” ucap Kario kepada intrik.id.

“Ada sekitar 30 orang di dalam komunitas ini dan itu Se-Babel. Namun sudah ada yang meninggal dan beberapa sudah tidak terlalu menggeluti dan yang bertahan hanya sekitar 30 orang saja,” lanjutnya.

“Pemerintah sekarang kurang peduli dengan pemantun. Padahal Kapolda saja dulu pernah bilang semoga semua kepala daerah peduli dengan pantun. Setahu saya, jamannya gubernurnya Hudarni Rani almarhum yang mendukung pemantun,” tambahnya.

Kario menuturkan pemerintah sendiri belum memperhatikan pantun yang memang seharusnya dilestarikan dan dikenalkan ke generasi muda.

Baca Juga:  Kario: Dewan Kesenian Tak Berguna

“Untuk sekarang kami belum direspon dan belum dapat sinyal. Tapi saya yakin nanti akan diperhatikan oleh pemerintah karena ini adalah budaya yang perlu dilestarikan,” tuturnya.

Ia menegaskan, jika ingin jadi pemantun harus mampu berpantun secara spontan.

“Kalau seniman pantun belum bisa buat pantun spontan namanya bukan seniman pantun. Datuk Mahakam dari universitas Malaka Malaysia pernah berkata, pantun itu adalah seni yang diucapkan dengan lisan bukan dibaca dan dihafal sehingga menjadi seni yang indah. Tapi bukan berarti yang belum bisa spontan tetap harus belajar agar terbiasa. Kalau pantun hanya sekedar ditulis fan dihafal itu bukan lah karya pantun lagi, ” tuturnya.

Ia juga menjelaskan, ingin jadi pemantun haruslah punya rasa cinta dan menjiwai sebagai profesi seniman pantun.

“Pemantun harus rasa cinta dan keinginan untuk menjiwai kesenian pantun ini. Untuk teori dan lainnya bisa dipelajari seiring berjalannya waktu,” ucap Kario.

Kario bahkan berani menjamin, jika dibawah bimbingannya siapapun bisa menjad pemantun.

“Saya kalau diberikan pemuda yang belajar pantun setahun bisa seperti saya. Tapi kalau gak ada rasa cinta dan menjiwai tidak akan berguna. Jangan takut salah, belajar dan cintai pantun dengan baik. Tekun dan perbaiki kesalahn,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan, bahwa pantun adalah cara orang melayu bersarkasme dengan sopan.

“Pantun itu diciptakan agar orang melayu bisa mengkritik dengan sopan, marah dengan sopan bahkan membunuh dengan sopan. Karena pantun adalah rangkaian kata yang indah namun bisa menusuk,” ucap Kario.

Kario hanya berharap, pemerintah selalu melestarikan pantun dengan cara mensosialisasikan kepada masyarakat agar selalu terjaga.

“Harapan saya ada muatan lokal pantun, ada lomba untuk regenarsi pemantun. Ada festival lomba seni dan ada lomba pantun. Saya tidak peduli nama lagi, namun saya berharap ada regenerasi dan ada Kario-kario selanjut,” harapnya.

Home
Hot
Redaksi
Cari
Ke Atas