Penulis: Eqi Fitri Marehan,S.ikom
Anggota ATPUSI Kab Bangka
Pendidikan dan Pandemi COVID-19 bagian dari salah satu bentuk upaya menuju peremajaan alam dan mencerdaskan anak bangsa dalam kehidupan kita bersama. Dengan demikian, pendidikan juga merupakan upaya dalam membentuk insan-insan akademis, pencipta, pengabdi yang berpikir secara mandiri, dan dapat bertanggung jawab atas terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur dengan Rido Allah SWT.
Kita dapat mencermati bahwa melalui pendidikan diharapkan dapat tercipta kehidupan yang lebih baik dan benar serta bermanfaat bagi diri insan, bagi kehidupan keluarga, bagi masyarakat, berguna bagi bangsa, dan bagi peradaban manusia itu sendiri, karena pendidikan bagian dari peran penting dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Hal ini juga tertuang dalam pembukaan Undang–Undang Dasar 1945. Para pendiri bangsa telah mencantumkan tujuan negara. Salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tak kalah penting dalam potret dunia pendidikan, yakni proses pembelajaran tak hanya fokus pada objek yang dipelajari, tetapi setiap pendidik dan pembelajar bagaimana bisa konsentrasi pada bagaimana berpikir dan berperilaku terhadap yang dipelajarinya. Hal ini berarti ranah pembelajaran tak hanya mencakup keahlian, juga bukan saja terhadap ilmu, tetapi juga mencakup pola pikir dalam menghadapi suatu permasalahan maka antara teori dan praktik berimbang didapatkannya Dengan demikian, terbentuknya pola pikir yang siap unggul dalam menghadapi kompleksitas dan kerumitan yang akan muncul pada masa mendatang seperti hadirnya Pandemi COVID-19 ini. Menjadi bekal dan kekuatan penting bagi setiap individu. Selain itu, pada pola pikir positif merupakan syarat cukup agar seseorang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dan juga berperilaku yang baik pula. Sehingga dihadapkan dalam proses pembelajaran apapun sudah sanggup peserta didik seperti pembelajaran daring pada pembelajaran jarak jauh.
Dengan semangat Hari Pendidikan Nasional di tahun 2021 sekalipun kita sedang dihadapkan pada musibah pandemi COVID-19 yang menimpa belahan negara, sudah 1 tahun lamanya berbagai negara di belahan dunia menghadapi bencana COVID 19 yang tidak kunjung usai ,bagi tenaga pendidikan haruslah tetap menjiwai benak setiap perangkat pendidikan sehingga upaya mencerdaskan anak bangsa dapat berjalan seperti yang dicita-citakan bersama sama. Kemudian harapan besar terhadap anak-anak Indonesia di masa depan adalah menjadi gayung bangsa untuk mengarungi pulau kehidupan. Kemudian anak bangsa menjadi generasi penerus Indonesia yang lebih baik dan berkarya.
Hampir semua orang tua di Indonesia pada saat ini, juga kebagian tanggung jawab mendampingi anak kami belajar dari rumah.banyak orang tua harus mengakui bahwa menjelaskan berbagai mata pelajaran dan menemani anak-anak mengerjakan tugas-tugas sekolah tidak semudah yang dibayangkan.
Kerja keras para guru dan dosen selama ini sungguh patut diapresiasi. Di tengah pembatasan sosial akibat wabah covid-19, kita harus tetap semangat mengejar dan mengajar ilmu pengetahuan. Hampir tidak ada yang menyangka, wajah pendidikan akan berubah drastis akibat pandemi covid19.
Konsep sekolah di rumah (home-schooling) tidak pernah menjadi arus utama dalam wacana pendidikan nasional. Meski makin populer, penerapan pembelajaran online (online learning) selama ini juga terbatas pada Universitas Terbuka, program kuliah bagi karyawan di sejumlah universitas dan kursus-kursus tambahan (online courses).
Tapi kebijakan physical distancing untuk memutus penyebaran wabah, memaksa perubahan dari pendidikan formal di bangku sekolah menjadi belajar dari rumah, dengan sistem online, dalam skala nasional. Bahkan, ujian nasional tahun ini terpaksa ditiadakan
Dengan kata lain, sistem pembelajaran online ini berpotensi membuat kesenjangan sosial ekonomi yang selama ini terjadi, menjadi makin melebar saat pandemi. Kemenaker (20/4) mencatat sudah lebih dari 2 juta buruh dan pekerja formal-informal yang dirumahkan atau diPHK. Dengan kondisi seperti ini, banyak orangtua kesulitan menyediakan kesempatan pendidikan yang optimal bagi anak-anak mereka.
alam situasi yang lebih buruk, orangtua malah bisa berhadapan pada pilihan dilematis: memberi makan keluarga atau membiayai pendidikan anak. Ini berpotensi membuat angka putus sekolah meningkat. Sejak kebijakan belajar dari rumah diterapkan secara nasional mulai tanggal 16 Maret 2020, muncul indikasi naiknya angka putus sekolah di berbagai tempat. Mulai dari Papua, Maluku Utara, hingga Jakarta. Ini daerah-daerah yang tergolong zona merah dalam penyebaran wabah. Angka putus sekolah dari kawasan perdesaan juga diperkirakan akan naik.
Dalam jangka panjang, anak-anak yang putus sekolah ini memiliki kemungkinan lebih besar untuk menganggur, baik secara tertutup atau terbuka. Ini bukan hanya secara akumulatif akan menurunkan produktivitas nasional, tapi membuat mereka terjebak da- mereka terjebak dalam lingkaran tidak berujung (vicious circle) kemiskinan struktural
Sebagai langkah solusi praktis, sejak awal saya berpendapat pemerintah perlu merealokasikan dana pelatihan Rp5,6 triliun bagi 5,6 juta buruh dan pekerja yang diperkirakan terdampak krisis ekonomi akibat wabah covid-19, menjadi bantuan langsung. Sehingga, bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Termasuk, memastikan keberlangsungan pendidikan anak-anak mereka. Di sisi lain, pemerintah juga perlu memperhatikan juga perlu memperhatikan nasib para guru, terutama guru-guru swasta maupun guru honorer (termasuk guru tidak tetap), yang masing-masing berjumlah hampir satu juta orang. Ketiadaan proses belajar mengajar di sekolah, secara langsung dan tidak langsung, menurunkan pendapatan mereka.
Pendidikan merupakan kunci pembangunan sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan kunci terwujudnya Indonesia Emas 2045, yang adil dan sejahtera, aman dan damai, serta maju dan mendunia.
Pendidikan yang akan menentukan kemana bangsa ini akan menyongsong masa depannya, apakah menjadi bangsa besar yang beradab, cerdas dan siap beradaptasi dengan perubahan zaman. Atau, menjadi raksasa sakit, yang tenggelam dalam berbagai persoalannya sendiri. Kalah dalam persaingan global, dan dan bahkan diacak-acak berbagai kepentingan jangka pendek, baik dari dalam maupun luar negeri.
Pekerjaan rumah kita dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional memang masih banyak. Pandemi covid-19 ini menyingkapkan sejumlah persoalan genting yang harus segera diatasi karena menyangkut keberlangsungan dan kualitas pendidikan para murid serta kesejahteraan para murid guru maupun dosen. Betapapun sulitnya, kita harus terus memperjuangkan dan mengawal proses reformasi pendidikan, sebagai kunci kejayaan NKRI. semoga kita semua bisa semakin baik menjalani kehidupan di akhir zaman ini. Aamiin.