Scroll untuk baca artikel
Opini

Akuntansi di Mata Gen Z: Antara Minat dan Persepsi yang Salah

335
×

Akuntansi di Mata Gen Z: Antara Minat dan Persepsi yang Salah

Sebarkan artikel ini
RAW 20241108 4835056383481125005

Nayla Efendi

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bangka Belitung

 

Generasi Z memiliki kemampuan dan karakteristik berbeda dari generasi yang lahir sebelum mereka. Rahmat et al. (2018) menjelaskan bahwa generasi Z terbiasa menggunakan teknologi untuk mencari informasi sehingga mereka memiliki pengetahuan yang luas. Mereka juga memiliki kebiasaan menghabiskan banyak waktu di depan layar gadget dibandingkan berinteraksi langsung dengan manusia lain, sehingga membuat mereka kekurangan dalam kemampuan komunikasi. Generasi Z, termasuk kita sering kali dihadapkan pada berbagai pilihan karir, termasuk akuntansi. Di tengah banyaknya pilihan karir, profesi akuntansi sebenarnya punya daya tarik tersendiri karena dianggap stabil dan penting di dunia bisnis. Tapi, meskipun prospek karir akuntansi bagus, masih banyak dari kita yang ragu-ragu atau kurang tertarik untuk mendalami bidang ini. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya mitos atau pandangan yang salah tentang akuntansi. Di satu sisi, ada yang tertarik akuntansi karena melihat prospek karir yang baik. Di sisi lain, ada pula yang enggan mendalaminya karena menganggap akuntansi itu membosankan, hanya berurusan dengan angka, atau harus jago matematika. Lalu bagaimana sebenarnya minat Gen Z terhadap akuntansi? Apa saja mitos yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap akuntansi?

Sebagai bagian dari Gen Z yang tumbuh di era digital yang penuh dengan inovasi, dunia kerja juga berubah cepat, dan akuntansi yang dulu mungkin terlihat “kuno” atau membosankan, sebenarnya semakin menarik bagi sebagian besar dari kita. Akuntansi saat ini bukan hanya tentang pencatatan angka, tapi juga analisis data, pemecahan masalah, dan bahkan teknologi seperti software akuntansi yang canggih. Banyak Gen Z yang tertarik pada akuntansi karena melihat potensi karir yang stabil dan prospek penghasilan yang baik. Menurut Laporan Gaji JobStreet 2022 yang diwartakan pekerja bidang akuntansi dan keuangan menempati posisi ketiga dalam urusan gaji dengan rentang Rp 4,2 juta sampai Rp 32,5 juta per bulan, tergantung level kepegawaian. Selain gaji yang tinggi dan menjanjikan, profesi ini juga membuka peluang untuk bekerja di berbagai bidang, dari perusahaan besar, startup, sampai firma akuntansi internasional. Profesi ini justru sangat vital di dunia bisnis dan berperan sebagai pondasi bagi keputusan keuangan yang strategis. Perusahaan besar maupun startup teknologi butuh orang-orang yang paham akuntansi untuk menjaga stabilitas keuangan mereka, merancang anggaran, serta memastikan kepatuhan hukum. Banyak mahasiswa yang mungkin awalnya tidak terlalu minat pada akuntansi, tapi setelah terjun lebih dalam, mereka menyadari bahwa profesi ini bisa memberi peluang karir yang menjanjikan. Gaji di bidang akuntansi juga cukup kompetitif, dan kemampuan yang kita peroleh fleksibel serta dapat diterapkan di berbagai sektor, dari perbankan hingga pemerintahan.

Baca Juga:  Non Regitur Ab Aliquo, Menyerap Tanpa Menyaring

Di sisi lain, seringkali dari kita pasti pernah mendengar berbagai mitos tentang akuntansi yang jujur saja membuat ragu untuk mendalaminya. Salah satu mitos yang paling sering kita dengar adalah bahwa akuntansi itu membosankan dan hanya berurusan dengan angka sepanjang waktu. Padahal, akuntansi lebih dari sekadar angka tetapi ini adalah bidang yang membutuhkan keterampilan analisis, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. Lalu, ada juga anggapan kalau ingin jadi akuntan harus jago matematika, namun kenyataannya, akuntansi lebih banyak berfokus pada pemahaman konsep dan ketelitian dalam mencatat dan menganalisis data, bukan soal hitung-hitungan yang rumit seperti dalam matematika murni. Mitos lain yang sering kita temui adalah bahwa akuntansi adalah profesi yang “statis” atau kurang menarik karena dianggap selalu melakukan hal yang sama setiap hari. Faktanya, dunia akuntansi terus berubah, apalagi dengan perkembangan teknologi yang pesat. Sekarang, banyak pekerjaan akuntansi sudah terbantu dengan software dan otomatisasi, yang sebenarnya justru membuat peran akuntan jadi lebih strategis karena bisa fokus pada analisis dan perencanaan bisnis.

Mitos- mitos ini bisa mengurangi minat Gen Z pada jurusan akuntansi dan membuat mereka berpikir ulang dalam memilih karir di bidang ini, hal ini juga berdampak pada Citra Profesi Akuntansi dimana hal ini menjadi kurang menarik bagi generasi muda yang mungkin lebih memilih bidang yang dianggap lebih dinamis atau kreatif. Saya sebagai Gen Z mengerti mengapa ada stigma negatif tentang akuntansi. Sebagai bagian dari Gen Z yang tumbuh di era digital yang penuh dengan inovasi bersepektif bahwa akuntansi mungkin terlihat membosankan yang tidak mengalami perkembangan, sehingga Gen Z merasa ketinggalan zaman dengan gaya hidupnya yang akrab dengan teknologi. Namun nyatanya dengan adanya perkembangan teknologi seperti software akuntansi otomatis dan AI, pekerjaan di bidang ini semakin berkembang dan mulai meninggalkan cara-cara lama yang membosankan. Teknologi justru membuat profesi akuntansi lebih efisien dan dinamis, sesuai dengan karakter generasi Z yang cenderung fleksibel dan gemar menggunakan teknologi. Kalau ada yang bilang akuntansi itu membosankan, itu lebih ke mitos, karena dimata generasi Z yang ingin mandiri dan berkarier dengan stabilitas keuangan, akuntansi sebetulnya adalah pilihan yang menarik.

Baca Juga:  Momentum Hardiknas Tantangan Pendidikan di Tengah Covid-19

Padahal, akuntansi sangat menarik dan berperan penting dalam dunia bisnis. Namun sayangnya ada beberapa persepsi mitos yang membuat sebagian Gen Z enggan mendalaminya, padahal akuntansi saat ini sudah bertransformasi dan banyak didukung teknologi. Sebagai mahasiswa, saya merasa penting bagi generasi Z untuk melihat profesi ini dengan lebih terbuka dan tidak hanya terpaku pada persepsi lama. Akuntansi juga menawarkan banyak peluang karir dengan berbagai spesialisasi yang bisa disesuaikan dengan minat, seperti forensic accounting, financial analysis, atau taxation.

Home
Hot
Redaksi
Cari
Ke Atas