INTRIK.ID, BANGKA TENGAH – Virus Penyakit Mata dan Kuku (PMK) memang sempat membuat heboh di dunia peternakan. Pasalnya, PMK ini membuat beberapa peternakan tidak dapat membeli sapi diluar pulau Bangka Belitung.
Namun demikian, menutut pantauan intrik.id, terlihat ratusan ekor sapi di salah satu peternakan di Kecamatan Koba, Bangka Tengah, tampak sehat dan bugar untuk dikurbankan pada hari raya Idul Adha 1443 mendatang.
Sekitar 700 ekor sapi di peternakan milik Ahmad (40) yang sebagian besarnya sudah dibooking oleh para pembeli dari berbagai daerah.
Meski kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih mengintai dan mengancam sapi-sapi ternak, tampak tak ada raut ketakutan di wajah Ahmad saat berbincang di peternakannya pada Selasa (29/6/2022).
Pternakan Ahmad seolah tak pernah absen dari pembeli. Terlebih lagi, stok sapi kurban di peternakan miliknya terbilang cukup banyak.
Beragam jenis sapi tersedia di sana, mulai dari sapi Bali, limosin, PO dan jenis-jenis lainnya.
“Kalau saya perkirakan, jumlah sapi di peternakan saya ada sekitar 700 ekor, termasuk yang masih dalam tahap pengiriman dan sapi untuk di potong harian,” ujar Ahmad.
Khusus untuk kurban tahun ini, dirinya menjual kurang lebih sebanyak 400 ekor sapi yang datang secara bertahap setiap minggunya.
“Tiap hari selalu datang. Jadi untuk tahun ini nampaknya enggak ada masalah, stok aman tercukupi,” tambahnya.
Tak hanya itu, meski ada kasus PMK, Ahmad mengaku bahwa pembeli sapi kurban tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
“Tahun lalu itu saya nyiapin sekitar 400-an ekor sapi kurban dan yang terjual sekitar 100-an lebih. Tahun ini sebenarnya enggak jauh berbeda, bahkan mungkin lebih sedikit. Tapi yang beli memang lebih banyak dan Alhamdulillah setiap hari itu selalu ada aja yang beli,” terangnya.
Meski sapi dikandangnya terlihat masih penuh, Ahmad menuturkan bahwa sebagian besar sapi-sapi tersebut sudah dibooking dan di DP oleh para pembeli.
Walau demikian, Ahmad tak memungkiri bahwa harga sapi kurban tahun ini memang cenderung naik. Kata dia, harga sapi kurban tersebut rata-rata naik sekitar Rp5 juta sampai Rp7 rupiah per ekor.
“Kayaknya kalau tahun ini susah nyari sapi kurban yang harganya di bawah 30 juta. Di tempat saya aja, sapi kurban yang harganya di bawah Rp30 juta hanya sekitar 20 ekor. Itupun yang mau beli sudah rebutan,” ungkap dia.
Kenaikan harga sapi kurban tersebut juga diakui oleh drh Rahmawati, Koordinator Dokter Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Bangka Tengah.
“Stok cukup, dari pendataan kami, ada lebih dari 1000 ekor sapi kurban yang tersedia di Kabupaten Bangka Tengah,” ujar Rahma.
Kendati demikian, dirinya tidak menyangkal bahwa kenaikan harga sapi kurban tersebut disebabkan oleh virus PMK.
Ia menilai, banyak peternak sapi yang kehilangan pemasok dikarenakan ada beberapa wilayah penghasil sapi di Indonesia yang tidak diperbolehkan mengirimkan sapi ke luar daerah.
“Misalnya di Madura, Jawa Timur yang memang kasus PMK di sana sangat banyak bahkan sudah masuk kategori wabah,” ujar Rahma.
Padahal menurutnya, wilayah tersebut (Madura-red) adalah penghasil sapi yang cukup besar, namun tidak bisa dikirimkan ke luar daerah dikarenakan banyak yang terjangkit PMK.
Tak hanya itu, momentum tersebut juga dijadikan oleh sejumlah peternak maupun penjual hewan kurban untuk menaikan harga.
“Sebenarnya ada juga beberapa penjual hewan kurban yang beli sapinya dari dalam daerah (Babel – red). Tapi ini kan aji mumpung buat mereka (penjual hewan kurban – red) untuk menaikan harga,” pungkasnya.
Lanjut dia, kenaikan sapi kurban tersebut diperkirakan sekitar 27 persen per kilogram berat hidup atau naik sekitar Rp20 ribu dari biasanya.
“Jadi kalau dulu harga per kilogram berat hidupnya itu Rp75 ribu, sekarang jadi Rp95 ribu. Atau misalnya satu ekor sapi dengan bobot 300 kilogram yang dulunya sekitar Rp22 juta sampai Rp23 juta, sekarang menjadi Rp28 juta. Jadi saat ini harga sapi itu memang rata-rata di atas Rp30 juta,” tutupnya.(Erwin)