Scroll untuk baca artikel
Opini

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

297
×

Perlunya Revitalisasi Budaya Lokal Nganggung di Bangka Belitung

Sebarkan artikel ini
20230526 205604
Foto: Nurmala

Nurmala Dewi

(Mahasiswi Sosiologi Universitas Bangka Belitung) 

 

Nganggung merupakan tradisi lokal masyarakat melayu yang telah membudaya sejak lama dan dapat dikatakan sebagai salah satu identitas diri dan ciri khas dari masyarakat melayu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Nganggung sering juga disebut dengan ’Sepintu Sedulang’ yang berarti setiap satu pintu rumah membawa satu dulang yang berisi makanan dan ditutup dengan penutup dulang, yaitu Tudung Saji (warisanbudaya.kemdikbud.go.id, 01/01/2010). Tradisi ini umumnya dilaksanakan untuk menyambut pelbagai hari besar keagamaan islam seperti Muhharam, Maulid Nabi Muhammad SAW, Nisfu Sya’ban, Ruah , Idul Fitri, Idul Adha, dan sebagainya. Dalam pelaksanaanya, tradisi nganggung ini memiliki makna yang sangat luas, dimana di dalamnya terkandung tiga unsur yang meliputi unsur religi, sosial , dan budaya. Makna utama dari tradisi nganggung adalah sebagai wujud semangat gotong royong yang bertujuan mempererat tali silahturahmi antar masyarakat melayu yang ada di Bangka Belitung sehingga terciptanya suatu kondisi masyarakat yang rukun dan tentram.

Berdasarkan perbup No. 4 tahun 2017, kebiasaan atau adat istiadat budaya Bangka harus diberdayakan, dibina, dilindungi, dan dilestarikan. Mengacu pada perbup No.4 tahun 2017, tradisi nganggung merupakan adat istiadat sehingga sudah seharusnya dilestarikan. Namun, berdasarkan pengamatan penulis terhadap realitas yang terjadi di lapangan adalah tradisi nganggung telah mengalami kepudaran. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya generasi muda di berbagai daerah terkhusus di pulau Bangka yang tidak mau lagi ikut serta dalam kegiatan nganggung. Selain itu, tradisi nganggung dihadapi persoalan baru akibat dampak dari globalisasi, dimana dalam pelaksanaanya tradisi nganggung yang seharusnya ‘identik’ dengan menggunakan dulang dan tudung saji, kini telah mengalami pergeseran dengan menggunakan kotak makan.

Persoalan menggantikan dulang dengan menggunakan kotak makan sangat mengancam eksistensi tradisi nganggung, ditambah penggunaan kotak makan sudah menghilangkan unsur budaya dari tradisi nganggung karena di dalam Peraturan Bupati Bangka nomor 4 tahun 2017 menyebutkan bahwa tudung saji, dulang , dan nganggung merupakan satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan. Dilihat dari sudut pandang antropologi dan sosiologi, pergeseran penggunaan dulang menjadi kotak makan memberikan berbagai dampak seperti hilangnya identitas asli budaya nganggung, hilangnya rasa kepemilikan budaya benda oleh masyarakat melayu terutama generasi muda lunturnya upaya pelestarian dulang dan tudung saji di masyarakat melayu Bangka Belitung, kemudian melemahnya atau berkurangnya kebersamaan interaksi para orang-orang yang mengikuti kegiatan tradisi nganggung, karena penggunaan kotak ini menyebabkan orang langsung membawa pulang makanan yang didapatkan sehingga hal ini menyimpang dari penerapan tradisi nganggung yang sesungguhnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan di atas diperlukan revitalisasi budaya yang didukung oleh peran pemerintah daerah dan masyarakat melayu Bangka Belitung.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), Revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali atau dapat penulis simpulkan Revitalisasi Budaya ini adalah upaya atau cara yang dilakukan untuk menghidupkan suatu tradisi atau budaya yang hampir punah. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk merevitalisasi tradisi nganggung di Bangka Belitung, salah satunya adalah melalui pendidikan. Perlunya pelajaran muatan lokal yang diajarkan kepada generasi muda dibangku sekolah. Pembelajaran ini bertujuan untuk memasukkan pengetahuan dasar dan pengalaman dalam melaksanakan tradisi nganggung di sekolah. Diharapkan dengan diadakannya pelajaran muatan lokal di setiap sekolah yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung para siswa dapat sadar dan mengenal identitas dan ciri khas budaya daerah serta munculnya rasa memiliki dan bangga terhadap elemen budaya benda yaitu dulang dan tudung saji yang menjadi ciri khas dari Bangka Belitung.

Selain muatan pendidikan lokal di bangku sekolah, adanya keikutsertaan generasi muda dalam melaksanakn tradisi nganggung di setiap masjid adalah suatu keharusan. Hal ini didasari karena ciri khas pelaksanaan tradisi nganggung adalah dengan membawakan makanan dari setiap rumah dengan menggunakan dulang dan tudung saji menuju masjid. Peran pemerintah dan masyarakat terutama orang tua sangat dibutuhkan untuk memastikan generasi muda mengenal dan ikut serta dalam setiap acara tradisi nganggung. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang telah diajarkan dan didapatkan di bangku sekolah akan hilang jika tidak diterapkan secara langsung di kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Persoalan-persoalan diatas merupakan persoalan yang harus segera ditangani dengan cara harus adanya upaya Revitalisasi untuk mengatasinya, karena hilangnya eksistensi tradisi Nganggung berarti sama halnya juga hilangnya ‘identitas’ yang dimiliki Bangka Belitung. Peran pemerintah, masyarakat, dan generasi kedepan sangat dibutuhkan dalam upaya Revitalisasi ini karena kita semua tentunya tidak mau identitas Bangka Belitung hilang kedepannya. Jadi penulis berharap tulisan ini dapat memberikan kesadaran bahwasanya perlunya upaya Revitalisasi Budaya Nganggung.Jangan biarkan‘Sepintu Sedulang menjadi Sepintu Sekotak’.

Home
Hot
Redaksi
Cari
Ke Atas