Ananda Loistasya
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung
Saat ini kasus kesehatan mental menjadi topik pembahasan yang sering dibahas di beberapa platform media sosial. Terutama bagi para remaja yang saat ini mungkin sedang mengalami fase terpuruk, kecewa atau bahkan putus asa untuk menjalani kehidupan. Masalah kesehatan mental remaja pada saat ini mungkin bisa dibilang tidak baik-baik saja, maraknya kasus remaja yang dengan sengaja mengakhiri hidupnya tentu membuat orang tua menjadi khawatir tentang kondisi mental anak remaja saat ini. Sebenarnya apasih penyebab dari gangguan kesehatan mental, dan apa dampak bagi remaja yang mengalami hal tersebut ?
Gangguan kesehatan mental atau Mental illness disebut juga dengan gangguan mental atau jiwa, adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi diantaranya. Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama (kronis). Gangguan ini bisa ringan hingga parah, yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ini termasuk melakukan kegiatan sosial, pekerjaan, hingga menjalani hubungan dengan keluarga. Meski rumit, gangguan kesehatan mental termasuk penyakit yang dapat diobati. Bahkan, sebagian besar penderita mental disorder masih dapat menjalani kehidupan sehari-hari selayaknya orang normal. Namun, pada kondisi yang lebih buruk, seseorang mungkin perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit untuk menangani kondisinya. Tak jarang, kondisi ini pun dapat memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri atau mengakhiri kehidupannya.
Menurut WHO, kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Artinya mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitas mereka.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penuduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Selain itu bedasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016, diperoleh data bunuh diri pertahun sebanyak 1.800 orang atau setiap hari ada 5 orang melakukan bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif. Ada lebih dari 200 jenis mental illness yang telah diketahui, dengan gejala dan tingkat keparahan yang beragam. Dari total tersebut, jenis-jenis mental illness yang lebih umum meliputi depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar,gangguan makan,gangguan stres pascatrauma(PTSD), psikosis.
Faktor penyebab timbulnya gangguan kesehatan mental antara lain peristiwa traumatic, seperti kekerasan,bullying, dan pelecehan seksual, kehilangan , perceraian, perasaan rendah diri, stress. Stress juga dapat menjadi pemicu utama pada gangguan kesehatan mental. Stress tersebut dapat berasal dari rasa takut dan khawatir tentang kesehatan, keuangan, atau pekerjaan yang banyak terpengaruh akibat pandemic.
Lalu apa dampak jika seseorang tidak menjaga hal-hal negatif bagi kesehatan mental mereka? Mungkin yang akan terjadi adalah mereka akan mengalami gangguan ataupun penyakit mental dan kejiwaan. Contohnya adalah perilaku bunuh diri, bunuh diri adalah perbuatan dengan sengaja yang bertujuan secara sadar mengambil jiwa sendiri (Kartono & Andari, 1989).
Perilaku bunuh diri merupakan salah satu ciri bahwa seseorang mengalami masalah gangguan kesehatan mental , karena seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri berarti mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan kenyataan yang terjadi dan tidak mampu menghadapi permasalahan yang dihadapinya secara positif. Penyebabnya sendiri bermacam-macam, bisa disebabkan oleh putus cinta, kondisi ekonomi, sakit yang berkepanjangan, dan lain-lain. Maka hal ini bisa di atasi dengan perlakuan sikap-sikap penting oleh setiap individu dalam menentukan kesehatan mental. Sikap-sikap tersebut meliputi sikap menghargai diri sendiri, sikap memahami kenyataan bahwa semua tingkah laku ada penyebabnya, dan sikap memahami dorongan untuk aktualisasi diri (Semiun, 2006). Sikap tersebut menjadi upaya penting seseorang dalam menjaga kesehatan mentalnya agar terhindar dari gangguan.
Pada situasi saat ini, sangat sulit untuk mengetahui apakah seseorang sedang mengalami masalah gangguan kesehatan mental atau tidak, karena orang yang selalu aktif di media sosial memposting hal-hal random di instagram story , tertawa lepas, jalan-jalan justru bisa saja sedang mengalami gangguan kesehatan mental. Banyak yang tidak sadar , ataupun aware terhadap kondisi kesehatan mental orang-orang yang sedang berada disamping kita. Maka dari itu, pekalah pada kondisi kesehatan mental orang yang ada disekitar kita, kita tidak pernah tau hal apa yang dilaluinya setiap hari untuk bisa tetap bertahan meskipun takut kalah dengan keadaan, jika seseorang sedang menceritakan masalahnya, coba dengarkan beri dukungan ataupun support, tidak ada salahnya jika kita ingin memberi solusi mengenai hal tersebut sebagai bentuk kepedulian kita. Karena keluarga,sahabat, teman dekat merupakan salah satu seorang yang akan dituju oleh seorang penderita gangguan kesehatan mental.
Sekarang saya tau inti dari kata-kata it’s okay not be okay, it’s okay to cry, it’s okay to take rest. Semua orang pasti mengalami masalah sendiri dan memiliki titik jenuhnya masing-masing. Beristirahatlah jika kamu merasa sangat lelah. Lakukan hal yang kamu rasa dapat menenangkan dirimu. Bertahanlah demi melihat matahari terbit hari esok, dengarlah lagu kesukaan yang ada di playlist-mu, tontonlah video tiktok atau youtube yang muncul di notifikasi ponselmu, minumlah kopi favorit kesukaanmu, kirimkan pesan chat kepada orang yang kamu rasa menjadi support system terbaik dihidupmu. Karena kamu berharga dan kamu pantas untuk bahagia.