Scroll untuk baca artikel
Bangka BelitungBelitung Timur

Kekerasan Terhadap Perempuan di Beltim Meningkat

177
×

Kekerasan Terhadap Perempuan di Beltim Meningkat

Sebarkan artikel ini
FB IMG 1611626702691
Foto: ist

MANGGAR, INTRIK.ID – Angka kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Belitung Timur meningkat sepanjang tahun 2020.

Setidaknya ada 20 kasus yang terjadi di tahun kemarin dimana Kecamatan Kampit dan Gantung yang paling banyak terjadi.

“Pada tahun 2020 ini terjadi peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, bahkan terjadi kasus kekerasan di semua kecamatan. Padahal di tahun 2019 ada beberapa kecamatan dengan zero kasus,” ungkap Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Efita Santy, Senin (25/1/21).

Menurutnya kenaikan kasus kekerasan terhadap perempuan ini mayoritas didorong oleh faktor ekonomi dan ketidakharmonisan keluarga serta sejumlah faktor lainnya.

“Faktor ekonomi juga menjadi mayoritas penyebab meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan, ekonomi ini pasti berpengaruh terhadap kondisi keluarga, apalagi ini lagi situasi COVID-19 ya,” ujar Efita.

Baca juga: Beltim Klaim Satu-satunya Miliki Gedung Isolasi Khusus Pasien Covid-19

Untuk itu, Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Belitung Timur menargetkan untuk menurunkan akan kasus kekerasan di tahun 2021 ini.

“Hampir sama dengan tahun sebelumnya, di tahun 2021 ini, kami memiliki program yang terkait perlindungan terhadap perempuan dan anak yang akan lebih dioptimalkan di tahun 2021, dan mengupayakan pemaksimalan implementasi desa layak anak,” jelasnya.

Selain dengan memaksimalkan program yang telah ada, pihaknya juga berencana bersinergi dengan program milik Kementerian Desa yang mana Kemendes sudah melakukan launching kegiatan desa ramah perempuan dan anak.

“Kami berharap di desa nantinya bisa memasukkan program desa ramah perempuan dan anak yang berkaitan dengan program yang sudah dilaunching oleh Kementerian Desa. Harapannya ke depan desa bisa lebih pro aktif terhadap upaya memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di wilayahnya masing-masing. Karena kan Dinsos lebih fokus untuk menyelesaikan masalah yang tidak bisa dihandle oleh desa,” tutup Efi.(*)