Candi Arjuna Dieng – Dataran Tinggi Dieng atau Dieng Plateau di Jawa Tengah senantiasa menawan di segala bagian. Kawasan pegunungan di ketinggian ± 2.000 mdpl ini juga sebagai kawasan budaya yang mengoleksi banyak candi. Bahkan, termasuk candi tertua di Jawa. Komplek Candi Arjuna merupakan daya tarik wisata utama di sana.
Khususnya bagi pecinta alam dan budaya, wisata ke Dataran Tinggi Dieng adalah id bagus. Kunjungi dan kagumi arsitektur Candi Arjuna, melebar ke Museum Kailasa, hingga takjub akan eksotika Telaga Warna. Untuk info perihal sejarah, daya tarik, fasilitas, rute, serta harga tiket masuk candi ini, baca ulasan berikut.
Baca juga: Panorama Keindahan Bukit Sikunir Dieng dengan Pesona Sunrise Tercantik di Asia
Daya Tarik dan Sejarah Candi Arjuna Dieng
Kelompok atau kompleks Candi Arjuna merupakan satu dari tiga kelompok candi dalam kompleks Candi Dieng. Dua kelompok lain di antaranya kelompok Gatutkaca dan kelompok Dwarawati. Selain itu, ada juga Candi Bima yang merupakan bangunan candi terbesar di Dieng namun lokasinya menyendiri di atas bukit.
Kelompok Arjuna berada di tengah kawasan Candi Dieng sehingga sangat ikonik mewakili percandian di Dataran Tinggi Dieng. Dalam kompleks ini terdapat empat candi yakni Candi Arjuna, Srikandi, Sembadra, Puntadewa. Lalu, ada lagi Candi Semar yang merupakan candi perwara atau pelengkap dari Candi Arjuna.
Meski secara garis besar keempat candi dalam kompleks ini memiliki ornamen yang sama, namun Candi Arjuna hadir dengan keunikan arsitektur. Kental dengan gaya candi di India dengan relung menjorok ke dalam. Candi lain dengan relung menjorok keluar menandakan pengaruh kebudayaan lokal sangat kuat.
Selain menjadi pusat perhatian, candi ini diyakini sebagai candi tertua. Diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Masehi oleh Wangsa (dinasti) Sanjaya dari Mataram Kuno. Perkiraan ini merujuk penemuan prasasti berangka tahun 808 M di kawasan Dieng yang merupakan prasasti tertua yang bertulis huruf Jawa kuno.
Para ahli memperkirakan pembangunan Candi Dieng berlangsung dua tahap. Tahap pertama dimulai dari pembangunan kompleks Arjuna dan tahap kedua melanjutkan pembangunan candi-candi lain. Sementara itu, percandian Dieng ditemukan kembali tahun 1814 M oleh tentara Inggris dalam keadaan terendam air.
Berikutnya di tahun 1856, Van Kinsbergen memimpin upaya pengeringan genangan air yang merendam kumpulan candi tersebut. Upaya pembersihan selanjutnya diteruskan pihak pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1864. Serta, dilanjutkan dengan pencatatan serta pengambilan gambar oleh Van Kinsbergen.
Kompleks candi Hindu beraliran Syiwa ini mulai dikembangkan untuk wisata tahun 2010. Dikemas dalam perayaan Dieng Culture Festival bersama dengan acara tahunan yang lain seperti Jazz Atas Awan. Saat ini, wisatawan tak akan menjumpai arca dan patung di area candi karena semua disimpan di Museum Kailasa.