Scroll untuk baca artikel
BangkaPolitik

Efendi Harun Kritisi, Pernyataan Rektor UNMUH Babel Soal Kolom Kosong

101
×

Efendi Harun Kritisi, Pernyataan Rektor UNMUH Babel Soal Kolom Kosong

Sebarkan artikel ini
IMG 20241009 WA0177
Caption : Efendi Harus ketua GMPK BABEL

BANGKA. SUNGAILIAT. INTRIK.ID – Rektor Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Bangka Belitung (Babel), Ir. Fadilah Sobri, Kampanyekan kolom kosong saat gelaran acara di Pangkal Pinang beberapa hari lalu mendapat reaksi publik.

Salah seorang tokoh pejuang pendiri Provinsi Babel dan ketua Gerakan Masyarakat Perangai Korupsi ( GMPK ) Babel Effendi Harun, mengkritik pernyataan Fadilah Sobri. Selasa (08/10/2024) malam, jangan sampai ujaran yang dilontarkan oleh Fadilah Sobri itu berujung fitnah, lantaran tidak didasari data faktual, dan hanya sebatas asumsi pribadi.

“Seumpama kalau kolom kosong kalah. Namun yang saya sayangkan dalil selanjutnya beliau itu men-justice kalau kolom kosong kalah, seolah akan terjadi kiamat kecil lah bagi rakyat. Daripada menggiring persepsi masyarakat ke jurang skeptisisme, saya menyarankan Fadilah Sobri agar memperkuat kekuatan sosial masyarakat melalui gerakan ekstra-parlementer, seperti mengaktifkan fungsi kontrol NGO (non-governmental organization),” kata Efendi Harun, Rabu ( 9/10/2024) malam di Sungailiat.

“Fungsi NGO, menurut Effendi, jauh lebih efektif dalam mengontrol kuasa legislatif dan eksekutif ketimbang memasrahkan nasib lewat kolom kosong. Jadi tafsiran saya itu bukan peserta vs peserta. Karena kolom kosong itu bukan peserta Pilkada, jadi dia diversuskan dengan calon yang ada,” tambahnya.

Menurut Efendi Harun kolom kosong bukan peserta pilkada, jika calon tunggal kalah kita bisa gugat ke Mahkama Konstitusi.

“Ada. Menurut saya sangat jelas terbuka, ketika dipersyaratan UU Pilkada sosok manusia yang betul-betul nyata. Sedangkan kolom kosong itu bukan lah peserta. Jadi kita bisa gugat ke MK jika sampai calon tunggal kalah dengan kolom kosong,” pungkasnya.

Membangun optimisme politik publik, Efendi Harun menyarankan tidak membuat informasi tidak menyejukkan suasana jelang Pilkada.

“Kita tidak perlu tajam terhadap perbedaan, tapi bukan berarti tidak boleh berbeda. Tapi jangan juga menganggap demokrasi tidak berjalan. Ini yang membuat kita mesti berpikir lebih jernih, karena diperlukannya semangat membangun daerah secara bersama-sama usai Pilkada nanti,” tutup Effendi.

Home
Hot
Redaksi
Cari
Ke Atas