INTRIK.ID, BANGKA TENGAH – Bangka Tengah memiliki 11 sekolah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk anak-anak maupun masyarakat umum yang ingin mengikuti program paket A, B dan C.
PKBM ini tersebar di 6 kecamatan yang ada di Bangka Tengah mulai dari kecamatan Koba, Pangkalan Baru, Sungaiselan, Simpangkatis, Namang hingga Lubukbesar.
Sedangkan, jumlah peserta didik untuk paket A sebanyak 366, paket B sebanyak 739 dan paket C sebanyak 913, dengan total 2018 peserta didik.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Bangka Tengah, Pangihutan Sihombing mengatakan PKBM ini dapat menampung anak-anak dan masyarakat yang putus sekolah atau tidak bersekolah di sekolah reguler.
Ia mengaku, sejauh ini peminat PKBM cukup banyak, apalagi masyarakat banyak yang antusias memiliki ijazah jenjang SD, SMP maupun SMA.
“PKBM ini sistem pembelajarannya menyesuaikan dengan sekolah masing-masing, karena siswa yang ada di PKBM ini sudah bekerja, sehingga menyesuaikan waktunya, mungkin ada yang Jumat dan Sabtu atau Sabtu dan Minggu,” ujarnya, Kamis (6/3/2025) di Koba.
Ia melanjutkan, untuk biaya pendaftaran sebagai peserta didik PKBM tidak dipungut biaya alias gratis untuk semua masyarakat Bangka Tengah.
“Kita juga mempersiapkan bidang PAUD untuk membantu peserta didik yang mau mendaftar, yang mana PKBM ini kita rancang untuk membantu menekan angka putus sekolah di Bangka Tengah, yang pada saat ini tidak naik dan tidak turun secara drastis,” jelasnya.
Sihombing juga mengungkapkan, lama pendidikan yang harus ditempuh selama mengikuti paket A, B dan C maksimal 3 tahun.
“Ada beberapa hal yang bisa mengurangi masa pembelajaran mereka, jika siswa tersebut bisa membuktikan pernah sekolah di SMP ataupun SMA, misalnya ada siswa yang pernah sekolah sampai kelas 2, silahkan menunjukkan rapotnya dan cukup sekolah selama 1 tahun lagi, sedangkan paket A, kalau tidak sampai kelas 4, tetap harus sekolah 3 tahun lagi,” tuturnya.
Ia juga berharap, setelah peserta didik mengikuti program paket A, B dan C, mereka bisa mendapat satu pengakuan di bidang pendidikan dengan memperoleh ijazah.
Di tempat lain, Mawarni (45) sangat senang adanya sekolah paket seperti ini. Namun, ia menyarankan agar sekolah paket jangan 3 tahun, tapi cukup 1 tahun saja.
“Kami memang mau ijasah paket. Tapi kalau 3 tahun terlalu lama. Kami udah tua. Cukup 1 tahun atau kurang,” tuturnya.