Scroll untuk baca artikel
Opini

Maraknya KDRT, Potret Rusaknya Keluarga

322
×

Maraknya KDRT, Potret Rusaknya Keluarga

Sebarkan artikel ini
IMG 20230928 WA00081
Rika Rizana

Oleh: Rika Rizana S.E

(Aktivis dakwah dan tenaga pendidik)

Makin maraknya kasus KDRT saat ini, menambah deretan panjang dari kasus kasus KDRT yang telah ada. Bahkan keluarga pun bukan lagi tempat yang aman dan nyaman untuk melepas segala rasa. Justru saat ini keluarga lah notabene nya orang terdekat yang merupakan tukang jagalnya. Bagaimana tidak? Baru baru ini, kasus KDRT yang terjadi terbilang sangat sadis.

Dilansir dari KOMPAS.com – Seorang pria bernama Jali Kartono membakar istrinya sendiri, Anie Melan, di kediaman pribadinya, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2023). Jali nekat membakar istrinya hidup-hidup lantaran terbakar api cemburu usai melihat istrinya chatting dengan pria lain. “Si laki-laki ini teramat sangat cemburu, karena melihat istri yang disayangi dan benar-benar tulus dicintainya bisa berhubungan dengan pria idaman lain. Makanya dia gelap mata,” ungkap Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro saat jumpa pers di kantornya, Senin (4/12/2023).

Usai ditangkap, polisi telah menetapkan Jali sebagai tersangka kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Ia disangkakan Pasal 44 Ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 dengan ancaman penjara maksimal selama 10 tahun.

Tidak hanya itu di wilayah Jagakarsa, Jakarta selatan, ada seorang ayah yang begitu tega membunuh ke empat anaknya. Dari Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro mengatakan, Panca Darmansyah (41) mengaku membunuh keempat anak kandungnya di dalam rumah kontrakan wilayah Jagakarsa, Jakarta Selatan. “Terhadap keterangan tersangka, dalam hal ini Saudara P (Panca). Yang bersangkutan menyampaikan bahwa memang benar melakukan pembunuhan secara bergantian,” ujar Bintoro di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Jumat (8/12/2023).

Faktor Penyebab

Tindakan sadis dan brutal terhadap anggota keluarganya tentu ada faktor penyebabnya baik itu faktor internal yaitu kondisi keimanan, pengaturan interaksi anggota keluarga dalam berumah tangga, kepercayaan dan bermasalahnya komunikasi. Juga di sebabkan faktor eksternal lainnya seperti interaksi dalam kehidupan umum di masyarakat antara lawan jenis yang bukan mahram. Cemburu buta salah satu pasangan sampai tega menghabisi nyawa pasangannya. Sebelumnya melakukan tindakan kekerasan kepada istrinya. Ini merupakan bukti sedang tidak baiknya relasi hubungan suami istri. Faktor psikologis, emosi yang tidak stabil, beban ekonomi yang membuat depresi. Di karenakan kondisi dalam kehidupan nya sudah tidak memberikan kenyamanan, ketentraman dan keamanan. Hal ini disebabkan cara pandang nya terhadap kehidupan adalah materi. Kebahagiaan akan di dapat bila materi tercukupi. Menafikan faktor lainnya yang bersifat non materi seperti kasih sayang, perhatian dan sebagainya.

Baca Juga:  Persiapan Indonesia Menuju Negara Maju Tahun 2045

Sehingga yang menjadi akar masalahnya adalah ketika kehidupan di tengah tengah masyarakat dan keluarga hanya bertumpu pada materi semata. Wajar saja ini terjadi, keluarga khususnya keluarga muslim, masyarakat dan Negara memandang kehidupan berdasarkan sekulerisme kapitalisme pada semua lini kehidupan. Sekulerisme (asas yang memisahkan agama dari kehidupan) telah membuat keluarga, masyarakat dan Negara menjadikan pengaturan dalam kehidupan meniadakan peran agama. Yang menjadikan interaksi, menyelesaikan masalah dan lain lain menurut nafsu dan akal manusia yang lemah. Berdasarkan pada kepentingan individu, masyarakat dan kelompoknya dan minus peran negara.

Sekulerisme mematikan rasa kemanusian manusia yang secara fitrahnya ingin mendapatkan keamanan, kenyamanan, kasih saying dan kebahagian dalam perlindungan keluarga. Bagaimana bias hal itu di dapat bila dalam satu keluarga, keimanannya lemah, komunikasi macet karena jarangnya berinteraksi di sebabkan kesibukan masing masing anggota kelurga mencari materi, ditambah dengan hubungan antar suami istri sudah tidak harmonis lagi. Anak anak terlantar baik itu dari segi agama maupn perhatian dan kasih syang,serta pendidikan maka gambaran keluarga yang ideal jauh panggang dari api. Suasana di tengah tengah masyarakat pun tak jauh beda. Sekularisme telah mematikan kepeduliaan dan empati masyarakat. Didukung oleh Negara yang menerapkan sekulerisme kapitalisme, yang abai terhadap kondisi rakyatnya yang hanya mengejar ambisi pendapatan dan pembangunan yang meningkat tanpa memikirakan bagaimana terpenuhnya kebutuhan mendasar masyarakat yang tidak hanya berupa materi semata.

Jelas penyebabnya ketika keluarga dan masyarakat tidak mengatur kehidupannya dengan aturan shohih. Negara juga tidak mengatur dan mengedukasi keluarga dan masyarakat dengan aturan yang shohih.

Potret Keluarga Muslim, Minus KDRT

Islam mengatur kehidupan manusia dengan sempurna, juga memberikan solusi terbaik atas masalah masalah yang terjadi pada manusia. Termasuk masalah keluarga. Islam memberikan perhatian yang khusus berkaitan dengan keluarga. Maka Islam memberikan pengaturan yang khas terhadap peran suami, istri dan anak serta anggota keluarga lainnya. Termasuk interaksi laki laki dan perempuan, sehingga tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Seperti menundukkan pandangan agar tidak terumbarnya syahwat. Pengaturan berpakaian bagi laki laki dan perempuan. Dengan menutup auratnya. Khusus untuk perempuan keluar rumah memakai kerudung dan jilbab. Serta interaksi perempuan bersama mahromnya dan jamaah perempuan. Sehingga tidak akan muncul aktivitas berkhalwat dan ikhtilath dengan laki laki asing baik secara langsung maupun chatting di media sosial dll kecemburuan buta pasangan tidak akan terjadi bila jelas pengaturan interaksi laki laki dan perempuan. Ditambah juga komunikasi yang baik yang akan memunculkan rasa percaya satu sama lain pasangannya. Semua itu dibangun berlandaskan pada keimanan dan ketundukkan kepada Allah. Maka tidak akan terjadi hal hal yang tidak di inginkan.

Baca Juga:  Pentingnya Bahasa Inggris bagi Mahasiswa

Penting bagi setiap keluarga untuk menjadikan rumahnya penuh berkah dan rahmat Allah Taala. Ketika rumah dinaungi berkah-Nya, kehidupan kita akan diliputi kebaikan demi kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Maka setiap keluarga hendaknya menjadikan syariat Islam sebagai panduan seluruh anggota keluarga. Dimana suami/ayah merupakan pemimpin di dalam rumah tangga yang akan memastikan tercukupnya kebutuhan bagi anggota keluarga secara materi maupun non materi. Syariat Islam yang dijadikan pijakan berkeluarga akan dapat meminimalkan terjadinya perselisihan ketika ada perbedaan pendapat di antara anggota keluarga. Ini karena syariat Islam adalah aturan yang sempurna dan baku, tidak lekang oleh waktu. Dengan demikian, berkah dan ketenteraman akan senantiasa tercurah bagi keluarga kita.

Hendaknya di dalam keluarga selalu menebarkan salam ketika keluar atau masuk rumah dan berzikir dan selalu menggunakan rumah untuk melakukan amal kebaikan. Juga selalu dipenuhi kasih sayang dan pergaulan yang makruf para penghuninya.

Lingkungan masyarakatnya pun dipenuhi suasana keimanan dan ketundukan kepada Allah. Tidak hanya keluarga saja yang menjaga interaksinya, dilingkungan masyarakat juga demikian. Ketika laki laki keluar rumah, pandangan nya terjaga disebabkan para perempuannya menutup auratnya. Tidak akan terjadi aktivitas khalwat, ikhtilath bila masyarakat sudah memahami standar yang benar di dalam yaitu keharaman aktivitas tersebut. Suasana yang terbangun adalah suasana keimanan di antara anggota masyarakat karena terbiasa amar makruf nahi munkar.

Maka peran Negara yang menerapkan aturan yang shohih di tengah tengah masyarakat. Dan memastikan terpenuhinya kebutuhan mendasar pada rakyatnya. Baik itu bersifat materi maupun non materi. Menjamin keamanan rakyatnya, keluarga, bahkan individu.

Memberikan edukasi kepada keluarga muslim serta memastikan keluarga muslim menjalankan aktivitasnya dalam rangka ketundukan kepada Allah. Serta memberlakukan sanksi yang tegas sesuai syariah bila ada yang melanggar syariat Islam.(*)

Home
Hot
Redaksi
Cari
Ke Atas