INTRIK.ID, BANGKA TENGAH – Anggota Koperasi Nelayan Sungaiselan pertanyakan penggunaan anggaran koperasi. Pasalnya selama 2017, penggunaan dana koperasi nelayan itu tak pernah ada keterbukaan dari pengurus.
Salah satu anggota, Jang (nama samaran) mengatakan Ketua Koperasi yang saat ini sedang tersandung kasus hukum sehingga para anggota semakin khawatir.
“Jadi sedikit cerita dulu bang, kami ini koperasi sudah berdiri sejak 2017 dimana ada sekitar 80 anggota aktif namun saat ini hanya sekitar 60 orang saja dan kami bayar iuran 20 ribu perbulan,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, dari 2017-2021 koperasi belum begitu baik karena masih ada anggota tidak bayar iuran atau kas wajib. Namun, sejak 2022 koperasi sudah punya penghasilan karena adanya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Nelayan (SPBN) yang dikelola koperasi.
Namun yang menjadi pertanyaan anggota, dana kas saat ini kosong paska ketua koperasi tersandung kasus penyelewengan BBM bersubsidi.
“Ini jadi kejanggalan bang pasca ketua ditangkap. Padahal selama ini ada aset yang katanya nama koperasi tapi dipakai pribadi. Kamipun belum pernah minjam karena Koperasi gak ada dana. Malah kami nyetor untuk pembelian BBM, ” tuturnya.
Warga Sungai Selan itu menambahkan jika sejak 2022 kemarin setiap anggota atau nelayan sudah mulai menyetor Rp 460 ribu untuk pembelian BBM bersubsidi dimana selisih uang tersebut digunakan untuk kegiatan koperasi dan jasa angkut BBM untuk nelayan.
“Nah sekarang ini kami sudah percayakan koperasi yang mengatur BBM dimana setiap anggota Koperasi dapat jatah 60 liter BBM setiap kali melakukan pembelian. Setiap bulan kami dibatasi hanya 9 kali pembelian dari pertamina, ” katanya.
“Nah selisih ini sekitar 52 ribu yang jadi pendapatan koperasi namun sudah berjalan 2 tahun lebih ketua bilang kas kosong. Ini jadi pertanyaan kami kemana uang yang selama ini kami setor dan aset koperasi ini apa saja, ” lanjutnya.
Ia juga mengungkapkan pihaknya bisa mendapatkan keuntungan Rp 17 juta sebulan setelah mengelola koperasi tersebut dari BBM nelayan saja.
“Bayangin bang, kok bisa 0 kas kami. Padahal 1 bulan ini kami kelola sendiri bisa dapat 17 juta bersih untuk koperasi. Jadi kemana uang ini sampai saat ini. Inilah yang menimbulkan pertanyaan kami,” pungkasnya.
Ia juga menyebutkan, selama ini bendahara tidak pernah tau kemana uang yang kami setorkan dibelanjakan dan rekening koperasi sendiri entah digunakan atau tidak.
“Kami juga dapat informasi bahwa pengambilan uang koperasi selama ini pakai kartu debit. Padahal setahu kami gak pernah rekening koperasi mengeluarkan kartu debit, ” ungkapnya.
Jang dan anggota koperasi lainnya hanya menginginkan koperasi diaudit dengan baik, kejelasan aset, CSR yang selama ini diberikan dan juga laporan keuangan kemana saja selama ini uang digunakan secara transparan tanpa ditutupi.
“Kami mau koperasi diaudit agar kami tau aset koperasi apa saja, penghasilan koperasi berapa, uang selama ini dibelanjakan kemana saja dan kami ingin manajemen yang baru yang lebih transparan dan terbuka. Kami tidak mau seuzon dengan ketua Kami yang sekarang punya aset yang luar biasa tapi kami mau Koperasi kami berjalan dengan baik dan masyarakat menerima manfaatnya, ” tutupnya.
Ditempat yang sama, Yudi selaku sub koordinator Koperasi Disperindagkop-UMKM Bangka Tengah sudah mengetahui hal tersebut dan mengajak anggota Koperasi nelayan Sungai Selan untuk rapat internal.
“Kami rapat internal dulu. Kami sudah tau garis besarnya. Sebagai pembinaan kami tidak berhak mengintervensi. Jadi kami belum bisa ajak media, ” jelasnya singkat.