Scroll untuk baca artikel
Opini

Ancaman Kerusakan Perairan di Desa Batu Beriga, Bangka Belitung: Pertarungan Masyarakat Melawan Pertambangan Timah

1134
×

Ancaman Kerusakan Perairan di Desa Batu Beriga, Bangka Belitung: Pertarungan Masyarakat Melawan Pertambangan Timah

Sebarkan artikel ini
IMG 20240601 WA0031
Muhammad Ichsan Zacky

Penulis: Muhammad Ichsan Zacky

(Mahasiswa Prodi Konservasi Sumber Daya Alam Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung)

 

Desa Batu Beriga di Bangka Belitung merupakan salah satu permata tersembunyi yang kaya akan keindahan alam dan sumber daya laut. Namun, ancaman kerusakan lingkungan kini menghantui desa ini akibat rencana pembukaan pertambangan timah yang dapat merusak ekosistem perairan setempat. Masyarakat Desa Batu Beriga, yang sangat bergantung pada kelestarian lingkungan untuk mata pencaharian mereka, kini berjuang keras agar Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang telah diberikan kepada perusahaan tambang dicabut.

Pertambangan timah, meskipun telah memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi Bangka Belitung, sering kali dilakukan dengan mengabaikan dampak lingkungan yang serius. Proses penambangan, terutama yang dilakukan secara intensif dan tanpa pengelolaan yang tepat, menghasilkan limbah berbahaya seperti merkuri dan sianida yang dapat mencemari air. Di Desa Batu Beriga, masyarakat khawatir bahwa pembukaan tambang timah akan menyebabkan pencemaran perairan, merusak terumbu karang, dan mengancam keanekaragaman hayati laut yang menjadi tulang punggung ekonomi mereka.

Limbah dari penambangan timah cenderung mengalir ke sungai dan laut, menyebabkan sedimentasi yang menutupi terumbu karang dan mengganggu habitat ikan. Terumbu karang yang rusak akan mengurangi populasi ikan, mengurangi hasil tangkapan nelayan, dan merusak ekosistem laut secara keseluruhan. Selain itu, pencemaran kimia dari limbah tambang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat yang mengandalkan air bersih dari sumber-sumber alami.

Masyarakat Desa Batu Beriga sangat bergantung pada laut untuk mata pencaharian mereka. Nelayan lokal, yang mencari nafkah dari penangkapan ikan dan budidaya laut, akan merasakan dampak langsung dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh penambangan timah. Penurunan kualitas dan kuantitas ikan tangkapan akan mempengaruhi pendapatan mereka, mengakibatkan krisis ekonomi di tingkat rumah tangga.

Selain itu, sektor pariwisata yang mulai berkembang di Desa Batu Beriga juga terancam khususnya di pantai tanjung berikat. Wisatawan yang tertarik dengan keindahan bawah laut dan pantai yang masih alami mungkin akan berpikir dua kali untuk berkunjung jika lingkungan tersebut tercemar dan rusak. Hal ini akan menghambat potensi desa untuk mengembangkan ekonomi pariwisata yang berkelanjutan.

Masyarakat Desa Batu Beriga kini bersatu dalam upaya untuk mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang telah diberikan kepada perusahaan tambang. Mereka berpendapat bahwa keuntungan jangka pendek dari tambang timah tidak sebanding dengan kerugian jangka panjang yang akan dialami oleh lingkungan dan komunitas mereka. Selain itu, masyarakat menganggap bahwa keputusan untuk memberikan IUP tidak melibatkan partisipasi dan persetujuan mereka, sehingga melanggar hak-hak mereka sebagai warga yang terkena dampak langsung.

Perjuangan masyarakat Desa Batu Beriga mencakup berbagai bentuk aksi, mulai dari petisi, demonstrasi, hingga upaya hukum untuk menantang legalitas IUP tersebut. Mereka berkolaborasi dengan organisasi lingkungan dan advokat hak-hak masyarakat untuk memperkuat suara mereka dan mendapatkan dukungan lebih luas. Kampanye mereka juga berfokus pada peningkatan kesadaran publik mengenai dampak buruk pertambangan timah terhadap lingkungan dan kehidupan sosialekonomi desa.

Untuk mengatasi ancaman ini, diperlukan langkah-langkah strategis dan kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait.

Pertama, pemerintah harus mendengarkan aspirasi masyarakat Desa Batu Beriga dan mengevaluasi kembali IUP yang telah diberikan. Peninjauan ulang izin pertambangan harus dilakukan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial secara menyeluruh. Jika terbukti bahwa tambang tersebut akan merusak lingkungan dan merugikan masyarakat, pencabutan IUP adalah langkah yang tepat.

Kedua, perlu ada pengembangan alternatif ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat Desa Batu Beriga. Pemerintah dan pihak swasta dapat berinvestasi dalam sektor pariwisata dan perikanan yang ramah lingkungan. Pelatihan dan penyuluhan tentang praktik perikanan berkelanjutan dan pengelolaan pariwisata yang bertanggung jawab dapat membantu masyarakat meningkatkan pendapatan tanpa merusak lingkungan.

Ketiga, penguatan regulasi dan pengawasan terhadap aktivitas penambangan timah harus menjadi prioritas. Penegakan hukum yang tegas terhadap penambangan dan praktik pencemaran lingkungan dapat mengurangi ancaman terhadap ekosistem perairan. Selain itu, pemerintah harus memastikan bahwa setiap izin yang diberikan disertai dengan rencana pengelolaan lingkungan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

Desa Batu Beriga di Bangka Belitung saat ini berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, ada potensi keuntungan ekonomi dari penambangan timah, tetapi di sisi lain, ada ancaman serius terhadap lingkungan dan mata pencaharian masyarakat. Ancaman kerusakan perairan akibat pertambangan timah tidak hanya merusak ekosistem laut tetapi juga mengancam keberlanjutan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Perjuangan masyarakat untuk mencabut Izin Usaha Pertambangan adalah langkah penting untuk melindungi lingkungan mereka. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi lingkungan, dan masyarakat luas, sangat diperlukan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya menguntungkan dalam jangka pendek, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Dengan tindakan yang tepat dan kolaboratif, Desa Batu Beriga dapat melindungi kekayaan alamnya dan membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang

Home
Hot
Redaksi
Cari
Ke Atas