INTRIK.ID, BABEL — Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Oktober 2025, Kepulauan Bangka Belitung mengalami inflasi sebesar 0,49% (mtm), moderat dibandingkan dengan periode September 2025 yang mengalami inflasi sebesar 0,46% (mtm). Angka inflasi tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan nasional yang juga mengalami inflasi sebesar 0,28% (mtm). Terjadinya inflasi bulanan ini utamanya disebabkan oleh kenaikan indeks harga kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 0,99% (mtm), dengan komoditas utama yang memberikan andil inflasi bulanan yaitu daging ayam ras dan cumi-cumi. Di sisi lain, juga didorong oleh kenaikan indeks harga kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya khususnya yang berasal dari komoditas emas perhiasan.
Secara tahunan, Bangka Belitung tercatat mengalami inflasi sebesar 2,51% (yoy) atau masih berada di dalam target inflasi nasional sebesar 2,5±1% (yoy). Angka inflasi tahunan ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 2,86% (yoy), dan menjadikan Bangka Belitung menjadi provinsi dengan inflasi terendah keempat belas se-nasional. Inflasi tahunan Bangka Belitung ini didorong oleh kenaikan indeks harga kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 6,30% (yoy) yang disumbang oleh komoditas daging ayam ras dan cabai merah. Selain itu, juga disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya yang tercatat sebesar 6,61% (yoy), utamanya komoditas emas perhiasan. Tekanan inflasi tahunan tertahan oleh kelompok Pendidikan yang mengalami deflasi sebesar 12,85% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rommy S. Tamawiwy menyampaikan bahwa inflasi Bangka Belitung pada Oktober 2025 disebabkan oleh kenaikan harga daging ayam ras sebagai dampak dari terbatasnya stok di pasar. Oleh karenanya, TPID Provinsi maupun Kabupaten/Kota se-Bangka Belitung terus berkomitmen menjaga ketersediaan stok dengan menambah pasokan daging ayam ras.
“Salah satu upaya yang dilakukan yakni pada tanggal 3 November 2025, TPID Kabupaten Belitung Timur mengadakan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) dengan Kabupaten Bekasi untuk penyediaan daging ayam beku baik secara Government to Government (G to G) maupun Business to Business (B to B),” ungkapnya, Rabu (5/11/2025).
Rommy menambahkan, cumi-cumi juga mengalami keterbatasan stok di pasar sebagai dampak dari gelombang tinggi dan angin kencang.
“Secara spasial tahunan, seluruh wilayah yang disurvei Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi. Kabupaten Belitung Timur tercatat sebagai wilayah yang mengalami inflasi tertinggi yakni sebesar 3,33% (yoy). Kemudian diikuti oleh Kabupaten Bangka Barat dan Tanjungpandan yang mengalami inflasi masing-masing sebesar 2,87% (yoy) dan 2,37% (yoy). Selanjutnya, Kota Pangkalpinang tercatat sebagai wilayah yang mengalami inflasi terendah yakni sebesar 1,96% (yoy),” terangnya.
Lebih lanjut, Rommy menambahkan Bank Indonesia terus bersinergi dengan TPID dan mitra strategis lainnya dalam menjaga inflasi pada rentang yang rendah dan stabil. Hal ini sebagai bentuk dukungan Bank Indonesia dan TPID terhadap 3 (tiga) langkah strategis pengendalian inflasi yaitu (i) menjaga inflasi tahun 2025 pada kisaran sasaran nasional 2,5±1% dalam rangka mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi; (ii) menjaga inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) dalam kisaran 3,0-5,0% (yoy); dan (iii) memperkuat koordinasi pusat dan daerah dengan penyusunan Peta Jalan Pengendalian Inflasi 2025-2027. Untuk itu, Bank Indonesia bersinergi dengan TPID se-Bangka Belitung akan terus memperkuat kerangka kebijakan 4K dalam pengendalian inflasi yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif.
Dalam rangka mendukung keterjangkauan harga bahan pokok, sejak bulan Januari s.d Oktober 2025 setidaknya telah dilaksanakan 40 kali sidak pasar dan distributor di seluruh wilayah di Bangka Belitung baik yang dipimpin langsung oleh Kepala Daerah maupun oleh perwakilan instansi terkait. Selain itu, hingga akhir Oktober 2025 telah dilaksanakan kegiatan operasi pasar (OP) sebanyak 78 kali dan gerakan pasar murah (GPM) sebanyak 55 kali di seluruh wilayah di Bangka Belitung.
Pada kerangka ketersediaan pasokan, TPID mendorong implementasi KAD baik melalui mekanisme G to G maupun B to B. Sejalan dengan hal tersebut, dari periode Januari s.d 3 November 2025 telah dilaksanakan 12 kali KAD.
Dari sisi kelancaran distribusi, dalam upaya mendukung efektivitas pelaksanaan OP dan GPM, Bank Indonesia turut bersinergi dalam fasilitasi distribusi pangan. Sejak bulan Januari s.d Oktober 2025, Bank Indonesia telah memberikan fasilitasi distribusi pangan pada 16 penyelenggaraan OP yang diorkestrasi oleh Dinas Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bank Indonesia juga memfasilitasi pengiriman daging sapi beku sebanyak 17,5 ton dari Jakarta ke Belitung Timur sebagai tindak lanjut dari PKS antara Koperasi Pengendali Inflasi Daerah dan Perum Bulog Kantor Cabang Belitung.
Rommy menyampaikan ke depan masih terdapat tantangan bagi TPID dalam menjaga inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada rentang yang rendah dan stabil. Melalui kolaborasi yang kuat antar anggota TPID bersama seluruh masyarakat diharapkan inflasi tetap terjaga dalam sasaran nasional dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang inklusif dan berkelanjutan.(*)




