Opini

    Festival Kemilau Pesona Toboali: Wadah Interaksi Sosial dan Kebanggaan Budaya Bangka Selatan

    ×

    Festival Kemilau Pesona Toboali: Wadah Interaksi Sosial dan Kebanggaan Budaya Bangka Selatan

    Sebarkan artikel ini

    Habibah Nur Fadhila

    Mahasiswa Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bangka Belitung

    Setiap tahun, suasana di Toboali selalu menjadi lebih ramai dan penuh semangat ketika Festival Kemilau Pesona Toboali digelar. Acara ini tidak hanya menghadirkan hiburan dan pertunjukan budaya, tetapi juga menjadi kesempatan penting bagi masyarakat untuk berinteraksi, bekerja sama, dan memperkuat rasa persatuan sebagai warga Bangka Selatan.

    Festival ini menampilkan berbagai kegiatan seperti pameran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), kesenian daerah, pertunjukan tari tradisional, kegiatan olahraga, serta sajian makanan khas daerah. Di balik keriuhan acara, tersimpan makna sosial yang mendalam: masyarakat dari berbagai latar belakang berkumpul, berkolaborasi, dan saling berinteraksi dalam suasana penuh kebahagiaan.

    Secara sosiologis, festival ini termasuk dalam bentuk interaksi sosial asosiatif, yaitu hubungan yang memperkuat solidaritas antarmanusia dan kelompok. Menurut pandangan Max Weber, partisipasi masyarakat dalam festival ini dapat dikategorikan sebagai tindakan rasional nilai, karena dilandasi rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya daerah, bukan semata-mata karena keuntungan ekonomi. Warga Toboali berpartisipasi dengan kesadaran bahwa menjaga tradisi berarti menjaga identitas mereka sendiri.

    Dari sudut pandang teori fungsionalisme Émile Durkheim, kegiatan ini berfungsi untuk menjaga solidaritas mekanik dalam masyarakat tradisional. Nilai-nilai seperti gotong royong, kebersamaan, dan kerja sama semakin terlihat selama proses persiapan hingga penyelenggaraan acara. Sementara itu, menurut George Herbert Mead melalui teori interaksionisme simbolik, simbol-simbol budaya seperti pakaian adat, tarian, dan

    musik tradisional menjadi media komunikasi sosial yang memperkuat makna persatuan antarwarga.

    Selain mempererat hubungan sosial, festival ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Banyak pelaku UMKM dan pengrajin memanfaatkan momentum ini untuk

    memperkenalkan produk unggulan seperti makanan khas, kerajinan tangan, dan hasil laut. Interaksi antara penjual, pengunjung, dan wisatawan menciptakan jaringan sosial baru yang membuka peluang ekonomi bagi masyarakat Toboali. (*)

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    Ikuti berita INTRIK.ID di Google News

      Home
      Hot
      Redaksi
      Cari
      Ke Atas