INTRIK.ID, BANGKA TENGAH – Warga Desa Beriga pertanyakan peran pemerintah dan DPRD Bangka Tengah terkait aspirasi masyarakat yang menolak adanya aktivitas tambang laut Desa Beriga.
Bukan hanya saat adanya sosialisasi PT Timah untuk melakukan tambang Ponton Isap Produksi (PIP), tapi aspirasi penolakan itu juga sudah disampaikan sejak 2014 lalu.
Salah satu warga Desa Beriga, Alzy mengatakan pihak pemerintah maupun DPRD tidak mendengar suara rakyat yang sudah berteriak untuk penolakan tambang tersebut.
“Apakah suara kami hanya diperlukan 5 tahun sekali saja. Untuk apa kami beramai-ramai unjuk rasa di kantor dewan dan menyampaikan aspirasi kami. Untuk apa janji yang katanya akan melakukan tindakan untuk masalah PIP ini. Gak ada gunanya,” ucapnya kepada intrik.id.
Alzy bahkan menegaskan, pihaknya sudah sejak 2004 lalu menolak adanya PIP beroperasi di Desa Beriga namun PT Timah selalu saja berusaha untuk masuk dan menyusuri warga agar menerima tambang Desa Beriga.
“Disusupinya warga, diiming-iming dan selalu berusaha masuk. Kami tidak mau lagi ada sosialisasi kedua ketiga. Kami mau ini yang terakhir dan tidak ada lagi bahasan soal PIP di Beriga,” tegasnya.
Alzy juga menyebutkan, jika warga Desa Beriga sudah jelas dan tegas menyampaikan penolakan lewat bupati, DPRD dan bahkan ke PT Timah sendiri.
“Kami sudah sampaikan penolakan ke semua pihak. Tapi kami seakan menjadi kriminal di tempat kami. Apa gunanya ada bupati, dewan dan pejabat lainnya. Kami akan selalu tolak,” ujarnya.
Alzy bahkan menilai, peran pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah ini sampai sekarang tak kunjung ada. Bahkan, pemerintah terkesan diam dan membiarkan proses ini berjalan semestinya saja.
“Tunjukan keberpihakan kepada kami dulu. Kami ini rakyat yang harus dilindungi. Bukan orang asing,” tandasnya.
Sementara itu, Ilya warga dusun Beriket menyebutkan jika para pejabat selalu datang ke Beriga untuk mencari hasil laut dengan kualitas terbaik namun terkesan mendukung PT Timah.
“Pejabat kalau nyari ikan, kepiting udang pasti kesini. Giliran kayak gini semua diam dan bungkam. Bahkan membela kami saja tidak ada sama sekali. Mana pemerintah, mana dewan. Kami cuma dibutuhkan saat pemilu saja,” ucapnya kepada intrik.id.
Ilya bahkan menegaskan, jika tidak ada warga yang akan setuju jika tempat mereka mencari makan akan dirusak oleh orang luar.
“Kalian orang luar yang tidak punya sopan santun ingin merusak daerah kami. Apakah itu disebut sopan santun. Kami akan jaga wilayah kami agar tidak dihancurkan oleh orang yang hanya ingin mementingkan kepentingan pribadi,” pungkasnya.