Scroll untuk baca artikel
Opini

Ratusan Mahasiswa Terjangkit HIV, Harusnya Lebih Paham

1439
×

Ratusan Mahasiswa Terjangkit HIV, Harusnya Lebih Paham

Sebarkan artikel ini
c6c26763hivaids2
Foto: HIV/AIDS.(net)

Vera Erika Aisyah

(Mahasiswa Universitas Bangka Belitung)

 

Satu tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2022, media meliput data mengenai kasus penyebaran HIV yang terjadi di Bandung yang dialami oleh ratusan mahasiswa. HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang mengakibatkan gangguan fungsi atau penurunan fungsi daya tahan tubuh seseorang. HIV merupakan penyakit yang belum bisa untuk disembuhkan. Akan tetapi, ada pengobatan yang dapat memperlambat perkembangan penyakit HIV dan memperpanjang hidup penderita sehingga dapat hidup normal. Sedangkan, AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan syndrom yang diakibatkan karena penurunan fungsi daya tahan tubuh. Terdapat beberapa cara penularan HIV, seperti melalui produk darah (bukan jarum steril atau darah yang tidak disaring), dari ibu ke anak selama kehamilan atau menyusui, melalui hubungan seks vaginal atau oral tanpa pengaman, dll. HIV tidak dapat disepelekan karena merupakan penyakit yang berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Jika terinfeksi HIV tidak langsung memberikan gejala namun gejalanya dapat terlihat 3 sampai 5 tahun kemudian.

Sebagai mahasiswa tentunya sudah memiliki pengetahuan lebih mengenai penyakit HIV. Apalagi disebutkan bahwa kebanyakan kasus HIV yang dialami oleh mahasiswa di Bandung tersebut disebabkan oleh hubungan seksual yang dilakukan secara sembarangan. Mereka bahkan tidak memperhatikan hal-hal yang dapat memicu tertularnya penyakit HIV, seperti melakukan hubungan seks tanpa menggunakan alat pengaman dan sering berganti pasangan. Akan tetapi, media sosial juga berkontribusi dalam hal ini karena dapat memudahkan seseorang untuk bertemu dengan orang lain sehingga ketika keduanya merasa memiliki kecocokan akhirnya kencan dan melakukan hubungan seksual tersebut. Dalam hal ini saya tidak menyalahkan media sosial karena media sosial juga banyak memberikan dampak positif, hanya saja tidak sedikit orang yang menyalahgunakannya. Apalagi saat ini juga sedang marak aplikasi hijau yang kebanyakan digunakan oleh kaum remaja maupun dewasa bahkan anak di bawah umur. Hal ini tentunya sangat mendorong meningkatnya kasus HIV. Namun, tidak sedikit juga yang menganggap hal ini merupakan hal yang biasa bahkan banyak orang dengan bangganya memamerkan hartanya ataupun uangnya yang didapat melalui hubungan seksual yang dilakukan dengan orang lain yang ditemuinya di aplikasi kencan tersebut tanpa memikirkan resiko serta dampak negatif yang akan terjadi kedepannya.

Baca Juga:  Pentingnya Literasi Digital Untuk Generasi Muda

Sebagai mahasiswa seharusnya memiliki edukasi bahkan dapat mengedukasi orang lain mengenai bahayanya penyakit HIV. Namun, lebih baiknya semua orang mengetahui pentingnya mengenali apa itu HIV, memahami bahaya dari HIV, serta menghindari hal-hal atau perilaku yang memicu paparan HIV. Oleh karena itu, pencegahan HIV ini sangat perlu dilakukan demi mencegah penyebaran HIV . Cara mencegahnya yaitu dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, menghindari penggunaan narkoba terutama melalui jarum suntik, memberikan informasi kepada masyarakat mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya, memilih lingkungan yang baik karena lingkungan yang baik memberikan dampak positif, serta menjauhi pergaulan bebas. Selain itu, pencegahan penularan HIV dapat dicapai secara efektif dengan cara menerapkan pola hidup aman dan tidak berisiko seperti yang tercantum pada Permenkes No.21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV/AIDS. Tidak hanya itu, kita juga harus bijak dalam menggunakan sosial media. Jangan memikirkan kenikmatan sesaat tapi pikirkan resiko dan dampak negatif yang akan terjadi di kemudian hari. Jagalah dirimu karena hanya kamu yang bisa mengontrol dirimu!

Home
Hot
Redaksi
Cari
Ke Atas