Scroll untuk baca artikel
Peristiwa

Pura-pura Untuk Kebun Cabai, Petani di Bangka Tengah Alihkan Pupuk Subsidi Untuk Sawitnya

475
×

Pura-pura Untuk Kebun Cabai, Petani di Bangka Tengah Alihkan Pupuk Subsidi Untuk Sawitnya

Sebarkan artikel ini
IMG 20201020 121727
Caption : perkebunan kelapa sawit

INTRIK.ID, BANGKA TENGAH – Mahalnya harga pupuk nonsubsidi membuat banyak petani mengakali agar mendapat pupuk bersubsidi untuk tanaman diluar perkebunan dan hortikultura atau 9 tanaman ketahanan pangan.

Pasalnya, akibat program pemerintah yang menghapus pupuk bersubsidi untuk tanaman sawit, lada dan karet membuat petani kecil berkeluh kesah.

Bahkan, beberapa petani berpura-pura menanam cabai, tebu dan lainnya agar mendapat pupuk subsidi untuk perkebunan sawit mereka.

Mawar (nama samaran) misalnya, pupuk subsidi yang ia dapatkan dari kelompok taninya itu tidak ia gunakan untuk kebun cabainya melainkan dialihkan ke kebun sawitnya.

“Harga cabai sekarang 25 ribu hingg 35 ribu per kilo, biasanya ngambil dan panen bisa 2-4 bulan. Meski nutup tapi untungnya kecil. Kalau sawit harga tandan buah segarnya bisa 2500 per kilo dan panen 2 minggu sekali, ” ucapnya kepada intrik.id, Kamis (27/4/2023).

Mawar melanjutkan, dirinya terpaksa mengakali hal tersebut karena harga pupuk nonsubsidi yang mahal dan pemerintah hanya memperhatikan tanaman pangan saja.

“Kalau saya fokus ke cabai saja, sawit saya tak diiurusi maka ekonomi saya hanya pasa-pasan. Padahal sawit aset saya juga dan untungnya jauh lebih besar dari cabai dan ngurusnya gampang,” lanjutnya.

Mawar menuturkan, dibandingkan dengan cabai, keuntungan menanam sawit bisa berkali-kali lipat jika dirawat dengan baik.

“Kalau sawit dikasih pupuk, urea dan vitamin lainnya, satu tandan bisa 20an kilogram lebih. Ya mending dialihkan ke sawit. Cabai bisa ganti pakai pupuk kandang, ” ungkapnya.

Mawar juga menyebutkan, jika tanaman cabai sekarang sedang banyak hama dan penyakit yang menyerang sehingga sulit untuk memetik buah cabai sampai matang.

“Banyak hama sekarang, jadi kita metiknya kadang cuma sampai setengah merah atau hijau. Kalau sawit enak, kalau udah besar dan panen, hama pun sulit menyerangnya, ” tegasnya.

Mawar berharap, agar pemerintah juga memperhatikan semua komoditi dan bisa mengontrol harga pupuk dipasaran agar masyarakat petani tak mengeluh.

“Saya tau ini salah, cuma saya juga gak ada pilihan. Saya sebagai petani pasti lihat mana yang lebih untung, ” tutupnya.