Scroll untuk baca artikel
Bangka Tengah

Kario: Dewan Kesenian Tak Berguna

180
×

Kario: Dewan Kesenian Tak Berguna

Sebarkan artikel ini
IMG 20230130 WA0004
Foto: Penggiat seni pantun, Kario. (Ist)

INTRIK.ID, BANGKA TENGAH – Pelaku seni di Bangka Tengah menganggap Dewan Kesenian tidak berguna. Hal itu diungkapkan, Kario, Senin (30/1/2023).

Pria 45 tahun itu mengaku tidak pernah tahu peranan dan fungsi Dewan Kesenian. Namun bukan hanya Dewan Kesenian saja, menurut penggiat pantun itu pemerintah hingga kepala daerah juga tidak pernah memperhatikan seni dan budaya.

“Mau Dewan Kesenian, Dinas Pariwisata dan Budaya, atau bahkan bupatinya jika gak perhatikan seni dan budaya kita maka semua akan luntur,” ucapnya.

Ia merasa wadah bagi penggiat seni dan budaya tidak ada meskipun ada Dewan Kesenian. Kario juga menilai para penggiat seni seperti barang habis pakai.

“Kami ini kayak percak burok (kain lap yang lusuh-Red) dipakai cuma untuk bersihkan kotoran saja. Itulah nasib pekerja seni di Bangka Tengah,” ungkap Kario.

Kario bahkan menunjukan beberapa piagam dirinya yang mampu membawa nama Indonesia di kanca international dalam hal berpantun namun penghargaan tersebut tidak berarti ketika sudah diraihnya.

“Percuma banyak piagam saya gak ada gunanya. Pas saya pulang untuk menghibur dan mengabdi untuk Bangka Tengah jadi gak guna. Di banggakan sesaat lalu di buang gitu aja,” kata pemantun asal Kurau tersebut.

Kario menjelaskan, budaya dan seni adalah warisan yang tidak boleh hilang dari negeri Selawang Segantang ini karena untuk menjaga keaslian dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

“Jangan cuma urus pariwisata. Harusnya seni dan budayanya dulu di kokohkan. Kalau kokoh, pariwisata ngikut. Contoh kecil kepri dan bali,” jelas Kario.

“Harusnya pemerintah kita bikin satu kurikulum muatan lokal budaya khusus untuk belajar Budaya kita seperti pantun, menari dan lainnya bukan malah budaya orang lain yang dipelajari. Bahkan, kalau bisa kombinasikan agar para pekerja seni punya tempat penyalurannya dan terus hidup,” lanjutnya.

Kario bahkan menegaskan, dirinya sebagai putra Bangka Tengah merasa tak pernah dibutuhkan seperti pekerja seni lainnya yang ada di Bangka Tengah.

“Saya nih yang makai dari Pangkalpinang. Bangka Tengah gak pernah makai saya. Harusnya, Dinas Pariwisata dan Budaya buat program juga untuk kami,” tegas Kario.

“Saya ini 18 tahun melestarikan budaya pantun kita sebagai rumpun melayu. Tapi apa, sampai saat ini Bangka Tengah ataupun Bangka Belitung tak peduli dengan keadaan dan kehadiran pekerja senin seperti kami. Malah Polda yang nyindir pemerintah sampai bikin acara lomba pantun. Kan gak etis,” sambungnya.

Kario berharap pekerja seni yang ada bisa dikoordinir dengan baik dan bisa mendapat ruang untuk menyalurkan keterampilannya agar bisa melestarikan seni dan budaya di Bangka Tengah.

“Tanpa seni hidup hampa. Saya cuma berpesan, yo same same jage budaya kite. Ajarkan ke anak-anak kite, bikin lomba tiap tahun untuk pelestarian budaya. Bahkan, bikin perda dan kurikulum sendiri untuk anak-anak belajar pantun, tari dan lainnya,” tutup Kario.(Erwin)