Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Hanya Dalam Enam Bulan, 36 Kasus DBD Tercatat di Bangka Tengah

181
×

Hanya Dalam Enam Bulan, 36 Kasus DBD Tercatat di Bangka Tengah

Sebarkan artikel ini
IMG 20220511 WA0002
Foto: Kepala Dinas Kesehatan Bangka Tengah, dr Anas Ma'aruf.(Erwin/intrik.id)

# Paling Banyak di Koba

INTRIK.ID, BANGKA TENGAH – Sebanyak 36 kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD di Bangka Tengah hanya dalam setengah tahun. Data tersebut tercatat sejak Januari hingga Juni 2022.

Meskipun begitu, jumlah tersebut tergolong lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dimana 2020 lalu mencapai 213 kasus dengan 5 kematian dan data tahun 2021, kasusnya turun menjadi 124 kasus yang juga dengan 5 kematian.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah, drg M. Annas Ma’ruf mengatakan bahwa pada tahun ini merupakan tahun prediksi dimana siklus dua tahunan akan terjadi.

“Dari kondisi di lapangan selama ini, kasus DBD di Kabupaten Bangka Tengah akan meningkat per dua tahun sekali,” jelas Annas kepada intrik.id, Rabu (20/7/2022).

Lanjut Annas, kasus DBD tahun 2022 di Kabupaten Bangka Tengah terjadi di tempat yang berbeda-beda setiap bulannya.

Misalnya pada bulan Januari dan Februari dimana kasus DBD paling banyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Koba dengan 10 kasus di bulan Januari dan 7 kasus di bulan Februari.

“Kemudian pada bulan Maret dan Mei, kasusnya banyak di Puskesmas Simpang Katis dengan 4 kasus di bulan Maret dan 6 kasus di bulan Mei,” terangnya.

Sedangkan pada bulan April, kasus DBD terbanyak di wilayah Puskesmas Desa Benteng sebanyak 5 kasus.

Lalu, pada bulan Juni, ada sebanyak 4 kasus DBD dan 9 kasus Demam Dengue (DD) yang terdeteksi di wilayah kerja Puskesmas Pangkalanbaru.

“Untuk menanggulangi kasus DBD dan DD, tim Dinkes Bateng telah melaksanakan dua kali siklus foging di Desa Beluluk dan Kelurahan Dul,” ungkap Annas.

Menurutnya, berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi di wilayah kerja Puskesmas Pangkalanbaru, diketahui bahwa masih ada banyak warga yang terkena DBD, namun tidak berobat ke fasilitas kesehatan dan hanya berobat jalan dengan perawat.

Padahal ia menilai, pasien yang berobat jalan hanya memiliki hasil laboratorium darah rutin tanpa pemeriksaan serologi dengue sehingga menyulitkan dalam menentukan kriteria penanggulangan kasus dengue.

“Hal itulah yang menyulitkan dalam menentukan kriteria penanggulangan kasus dengue,” ucapnya.

Diakuinya, meskipun telah dilaksanakan penaburan larvasida pada penampungan air di luar rumah dan foging di lokasi yang memenuhi kriteria, kasus dengue akan tetap ada.

Menurutnya, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

“Maka dari itu, perlunya dilakukan promosi kesehatan secara kontinu dalam rangka preventif kasus DBD agar dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD,” ujarnya.

Selain itu, perlu juga dilakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara berkala di semua lokasi yang pernah terjadi kasus dengue mengingat pada bulan Juni intensitas hujan sudah makin meninggi.

“Untuk itu, perlunya koordinasi ke semua Camat di wilayah Kabupaten Bangka Tengah untuk menggalakkan PSN dan menentukan inovasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian kasus DBD di wilayahnya,” pungkasnya.

Kata Annas, saat ini baru Kecamatan Simpangkatis yang telah merencanakan inovasi Betok Jenius (Bersama Berantas Organisme Jentik Nyamuk Serius).(Erwin)