Scroll untuk baca artikel
KesehatanBangka Tengah

Tertinggi di Bateng, Tingkat Prevelensi Stunting Sungaiselan Capai 13,59 Persen

172
×

Tertinggi di Bateng, Tingkat Prevelensi Stunting Sungaiselan Capai 13,59 Persen

Sebarkan artikel ini
IMG 20220511 WA0002
Foto: Kepala Dinas Kesehatan Bangka Tengah, dr Anas Ma'aruf.(Erwin/intrik.id)

INTRIK.ID, BANGKA TENGAH – Angka prevalensi atau tingkat penyebaran stunting (kondisi gagal pertumbuhan) pada balita di Bangka Tengah mencapai 3,31 persen pada tahun 2021 lalu.

Angka tersebut tersebar di 13 desa dari enam kecamatan yakni Desa Batu Belubang, Belilik, Desa Tanjung Gunung, Lubuk Pabrik, Kulur Ilir, Sungai Selan, Sungai Selan Atas, Sarang Mandi, Romadhon, Tanjung Pura, Keretak Atas, Melabun, dan Kerantai.

Kepala Dinas Kesehatan Bangka Tengah (Bateng), drg. M. Annas Ma’aruf mengungkapkan stunting adalah kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak seusianya yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dengan manifestasi kegagalan pertumbuhan yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.

“Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan otak rendahnya kemampuan kognitif yang akan mempengaruhi prestasi sekolah dan lainnya, karena itu peranan gizi terutama 1000 HPK sangat penting dalam mengwujudkan derajat kesehatan yang optimal,” ujarnya kepada intrik.id, Rabu (8/6/2022).

Menurutnya, stunting disebabkan faktor multidimensi yaitu praktek pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses ke makanan bergizi, kurangnya akses air bersih dan sanitasi, sehingga penanganannya perlu dilakukan multi sektor.

“Sayangnya stunting ini acapkali terlambat dikenali, baru dapat dilihat setelah 2 tahun. Parahnya lagi, 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting, yang mana hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia dengan angka nasional 37,20 persen,” tuturnya.

Annas menyebutkan dari 9 Puskesmas yang ada, angka prevelensi tertinggi di tahun 2021 dipegang oleh Sungaiselan dengan prevelensi stunting sebesar 13,59 persen.

“Prevelensi stunting berdasarkan data dari E-PPGBM Tahun 2021 mencatat tingkat penyebaran di tiap pukesmas yakni Koba 0,03 persen, Lubuk Besar 4,60 persen, Perlang 3,60 persen, Pengkalan Baru 0,15 persen, Benteng 4,87 persen, Namang 3,48 persen, Sungai Selan 13,59 persen, Lampur 2,14 persen dan Simpang Katis 1,09 persen,” terangnya.

“Upaya pencegahan stunting ini sudah kita lakukan sejak lama, mulai dari pelayanan di posyandu, seperti sosialisasi mengatur pola makanan anak, pola asuh anak, pengecekan ketersedian sumber air bersih, kesehatan dan akan terus kita lanjutkan,” tambahnya.

Laporan wartawan intrik.id/Erwin