Scroll untuk baca artikel
BangkaBangka Belitung

Dr Rusydi Sulaiman: Puasa Bukan Sekedar Rutinitas Tahunan

163
×

Dr Rusydi Sulaiman: Puasa Bukan Sekedar Rutinitas Tahunan

Sebarkan artikel ini
IMG 20210418 WA0008

SUNGAILIAT, INTRIK.ID — Ramadhan menjadi momentum bagi umat muslim dalam membangun ketakwaan. Walaupun sesungguhnya upaya untuk membangun ketakwaan juga berlangsung di luar Ramadhan, namun selama bulan Ramadan, proses ini berlangsung secara lebih intensif lewat serangkaian ibadah-ibadah yang memiliki dampak kesalehan individual maupun kesalehan sosial.

Karena kekhususan dan keutamaannya, berbagai nama dan istilah dinisbahkan kepada Ramadhan: bulan suci, bulan penuh berkah, bulan tarbiyah (pendidikan) dan sebagiannya.

Semua ini semakin menguatkan esensi Ramadhan dalam kehidupan dan spiritualitas masyarakat muslim.

Dr Rusydi Sulaiman saat mengisi ceramah agama di Rumah Dinas Wakil Bupati Bangka, Minggu (18/4/2021) menjelaskan jika puasa yang secara normatif keislaman ditetapkan bagi setiap muslim di setiap bulan Ramadhan diharapkan bermakna bagi kelangsungan hidupnya, tidak sekedar bersifat rutinitas tahunan.

IMG 20210418 WA0015

 

Menurutnya, dalam konteks Ramadhan, masyarakat sudah pasti mengisinya dengan keutamaan-keutamaan yang disebut dengan wujud-wujud peradaban sebagai bagian dari kebudayaan.

Maka dari itu, diperlukan beberapa langkah positif dalam bentuk wujud peradaban tersebut yang menyertai puasa di bulan Ramadhan, sehingga nuansanya berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, lebih berkualitas.

Pertama, intensitas kajian keagamaan (Keislaman). Tampilan ulama dengan segala kompetensi keilmuannya tentu memberikan sentuhan tersendiri apalagi disertai dengan ketulusan hati dan pengorbanan tinggi.

Komprehensifitas Islam sebagai agama samawi (Divine-Religion) dengan nilai dasar; akidah, syari’ah dan akhlak dengan segala pengetahuan dan kelengkapan keilmuannya mesti dikaji, terlebih di bulan Ramadhan.

Ia menyebutkan jika kultum atau ceramah singkat sebelum tarawih tidak cukup untuk meng-cover keseluruhan ajaran Islam.

“Jangankan itu, mengkaji Al-Qur’an saja sudah pasti tidak cukup waktu karena keluasan kandungan kitab suci tersebut. Maka tidak hanya materi kitab suci yang dibekalkan kepada setiap muslim, melainkan juga metodologi kajian yang tepat,” paparnya.

Kedua, optimalisasi wujud kelakuan. Selain memperkuat potensi akal sebagai wujud ideal di bulan Ramadhan, puasa identik juga dengan penguatan akhlak mulia, karena wujud tersebut merupakan ciri orang yang berpuasa.

“Wujud kelakuan meliputi beberapa bentuk sikap seperti sikap kebiasaan baik, perilaku, tingkah laku, moral, akhlak, etika, sopan santun, adab dan semacamnya,” tambahnya.

Selain kekuatan logika, adab atau etika juga menjadi prioritas bagi penilaian manusia terhadap manusia lainnya.

Ketiga, pemanfaatan teknologi modern. Bila televisi sangat digemari oleh masyarakat, maka benda tersebut dapat dimanfaatkan untuk penayangan program-program bernuansa religius. Dan bila handphone menjadi kebutuhan vital di semua kalangan, maka benda itu juga dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi yang efektif dan memberikan kemaslahatan.

“Lagi-lagi di bulan Ramadhan, semangat berperadaban dalam bentuk pemanfaatan benda-benda material peradaban sangat dibutuhkan untuk tujuan ketakwaan,” terangnya.

Pada intinya, tinggi rendahnya peradaban manusia sangat tergantung manusia itu sendiri sebagai subjeknya. Terkhusus di Bulan Ramadhan, sebagai manusia berperadaban, maka orang-orang  beriman yang mencirikan nuansanya dengan hal-hal yang positif menuju ketakwaan kepada Allah Swt.

Dalam kegiatan buka puasa bersama ini juga dilakukan pemberian santunan bagi anak yatim piatu serta sholat Maghrib berjamaah yang dihadiri oleh Bupati Bangka Mulkan, Wakil Bupati Bangka Syahbudin, forkopimda dan kepala OPD di lingkungan Pemkab Bangka. (Int)